Di antara
fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam adalah sebagai perencanaan,
pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan.[1]
Fungsi manajemen pendidikan islam secara detail akan dibahas sebagai berikut.
- Fungsi perencanaan, perencanaan adalah sebuah proses
yang dilakukan oleh seorang manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil
langkah-langkah untuk menjamin bahwa tujuan tersebut dapat dicapai.[2]
Sedangkan menurut Ramayulis perencanaan adalah langkah pertama yang harus
diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan pendidikan
Islam. perencanaan merupakan hal
penting yang hendaknya ada dalam manajemen pendidikan islam. perencanaan
sangat perlu dan harus ada dalam pendidikan islam. jika tanpa ada
perencanaan maka keberlangsungan pendidikan Islam akan terkendala. Allah
memberikan arahan bahwa setiap orang beriman dan bertakwa hendaknya
memperhatikan hari esoknya, memperhataikan apa rencana yang akan dilakukan
untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah.
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. [3]
Dari
ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya memperhatikan apa yang
telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang manajer hendaknya memperhatikan perencanaan yang
telah dibuatnya. Dalam arti dalam manajemen pendidikan Islam perlu perencanaan
dan setelah itu perlu memperhatikan apa yang telah direncanakannya. Hal ini
dapat dipahami bahwa pendidikan islam membutuhkan manajemen. Dan inti darai
manajemen pada hakekatnya adalah perencanaan, tanpa perencanaan atau salah
dalam merencanakan pendidikan Islam akan berakibat buruk terhadap
keberlangsungan pendidikan Islam. makna ini dapat dipahami dari firman Allah.
Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka
telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan
"salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu
membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di
sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu
Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4]
Perencanaan
dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya untuk memenuhi target tujuan
pendidikan Islam dalam jangak tertentu, tetapi perencanaan pendidikan Islam
melampaui batas duniawi. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan Islam
diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Ramayulis, bahwa perencanaan pendidikan Islam tidak sekedar diarahkan
untuk mencapai kesempurnaan kebahagiaan dunia saja ,tetapi juga kebahagiaan
akherat, [5]artinya
dalam perencanaan pendidikan Islam perlu mempertimbangkan keseimbangan antara
tujuan dunia dan akherat. Hal ini berdasarkan firman Allah.
Dan di antara
mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".[6]
Dari
ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan orang mukmin adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akherat. Permintaan ini adalah permintaan setiap mukmin,
kalau ia sebagai manajer tentu ia akan mencari jalan bagaimana tugas sebagai
menejer adapat dimanfaatkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini memberi kesan bahwa
dalam Islam segala perbuatan selalu diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akherat. Kebahagiaan tersebut didapatkan dengan cara membuat perencanaan
yang matang dan terukur.
Ramayulis
menyatakan bahwa dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan meliputi,
penentuan prioritas, penetapan tujuan, merumuskan prosedur, dan pembagian tugas
kepaada individu maupun kelompok.[7]
Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa manajemen perencanaan dalam
pendidikan Islam menjadi penentu prioritas, memperjelas prosedur, pendelegasian
yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam
manajemen pendidikan Islam perencanaan mempunyai karakteristik, karakteristik tersebut adalah suatu proses
rasional, berhubungan dengan tujuan social, cara, tujuan, proses-proses dan
kontrol, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam merupakan rancangan
konseptual, dan konsep yang dibuat hendaknya bersifat dinamis dan lentur.[8]
Perencanaan dalam manajemen pendidikan,
merupakan kunci keberhasilan pada suatu lembaga. Untuk itu perencanaan dalam
pendidikan Islam hendaknya meliputi pengetahuan khusus seperti metode ilmiah
yang menyeluruh, mengetahui nilai-nilai, dalam hal tentunya nilai-nilai
keislaman, dan adanya pemahaman yang
bersifat kontinuitas.[9]
Dengan
demikian dalam mananjemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan,
karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam
manajemen pendidikan Islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas
untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada
suatu target yang harus dicapai. Asnawir menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b. Meneliti
masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Masalah-masalah atau informasi-informasi yang diperlukan.
d. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e. Merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan
dipecahkan dan bagaimana pekerjaan pekerjaan itu harus diselesaikan.
f.
Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang
mempengaruhi pelaksanaan tindakan tersebut.
g. Menentukan cara
bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.[10]
Dapat
dipahami bahwa perencanaan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci utama
dalam aktivitas berikutnya, aktivitas lain tidak akan berjalan dengan baik,
bahkan mungkin gagal jika tidak didahului oleh perencanaan, maka dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan “ruh” manajemen. Jika tidak
perencanaan, maka semua aktivitas dalam pendidikan Islam tidak akan jalan
dengan baik. Sedangkan lainnya hanya bersifat menjalankan saja, meskipun
demikian bagian yang lain pun mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
tujuan dari pendidikan Islam.
Dengan
demikian manajemen pendidikan Islam hendaknya diawali dengan perencanaan yang
jelas dan matang, dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan manajemen
pendidikan Islam akan berjalan dengan baik. Perencanaan dalam manajemen
pendidikan Islam akan berjalan dengan baik jika memperhatikan langkah-langkah perencanaan, seperti
menentukan tujuan, meneliti masalah, menentukan tahapan-tahapan, merumuskan
bagaimana cara menyelesaikan masalah,menentukan siapa yang akan
bertanggungjawab melaksanakan , dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan
resiko yang akan dihadapi, mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan
terakhir berusaha melakukan perubahan setelah dilakukan evaluasi.
- Pengorganisasian
Asnawir menyatakan
bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan hubungan kerja
antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.[11] Akitivitas mengumpulkan segala tenaga
untuk membentuk suatu kekuatan baru
dalam rangka mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada
dasarnya mengatur segala sesuatu yang
ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga adalah kegiatan pengorganisasian. Kegiatan menyusun
berbagai elemen dalam sebuah lembaga pendidikan maupun instansi merupakan
kegiatan manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini
makin memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan
membentuk berbagai hubungan kerja dari
berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid, dari tim yang solid
akan memberi kekuatan. Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem
untuk mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka manajemen dianggap
berhasil. Karena telah mampu menyatukan semua elemen dalam sistem untuk
mewujudkan tujuan bersama. Dalam Al-Quran Allah telah memberikan kunci dalam
manajemen yaitu untuk bersatu. Adanya kesatuan sistem akan memberi peluang
besar untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah
berikut ini:
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.[12]
Ramayulis menyatakan pengorganisasian dalam manajemen
sebagai upaya penetapan struktur peran-peran dengan cara membuat konsep-konsep
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan.[13]
Hal ini makin memperjelas posisi pengorganisasin dalam manajemen, konsep
pengorganisasian tersebut secara jelas memberikan gambaran bahwa dalam
manajemen ada upaya untuk melakukan peran-peran yang berbeda dalam rangka
mewujudkan tujuan bersama, meskipun berbeda-beda dalam peran tetapi kesemua
peran dan aktivitas tersebut bermuara kepada satu tujuan yaitu pencapaian
target-target yang telah disepakati sebelumnya. Pencapaian target-target
tersebut merupakan aktualisasi darai konsep-konsep yang telah direncanakan
sebelumnya. Hal ini memberi pemahaman bahwa ada semacam gerakan aktif dan
berkesinambungan berbagai unsur di dalam lembaga, organisasi maupun institusi
untuk melakukan berbagai kegiatan yang terstruktur dan tertata rapi, sehingga
terjalin keterkaitan yang saling mendukung untuk mewujudkan hasil akhir, hasil
akhir tersebut adalah tujuan.
Ramayulis menyatakan bahwa dalam penetapan berbagai aktivitas untuk mencapai
tujuan bersama, dengan rincian-rinciannya, baik berupa tugas-tugas tertentu,
pendelegasian wewenang, informasi-informasi horizontal maupun vertikal merupakan kegiatan pengorganisasian.[14] Kegiatan-kegiatan tersebut mengindikasikan
kebersamaan yang saling menentukan satu dengan lainnya. Kegiatan yang dilakukan
membentuk lingkaran kebersatuan dan membentuk jejaring kerja berkesimbungan.
Kebersatuan kerja membentuk sebuah tim kerja yang berdedikasi tinggi terhadap
kerja masing-masing. Adanya jejaring kerja tim yang baik akan memberi peluang
besar tercapainya tujuan bersama. Adanya
kerja sama dengan bermacam jenis kegiatan menuju satu arah tujuan merupakan proses
pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam.
Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam adalah
penentuan struktur, aktifitas,interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang,
tugas secara transparan, dan jelas dalam lemabaga pendidikan baik bersifat
individual, kelompok maupun kelembagaan.[15]
Dengan demikian pengorganisasian dalam manajemen pendidikan Islam merupakan
penetapan berbagai hal untuk mempermudah dalam aktivitas perwujudan perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Penetapan tersebut bukan hanya sekedar pembagian
tugas, tetapi penetapan menyeluruh tentang segala sesuatu yang membangun sistem
tersebut, sehingga membentuk tim kerja yang akan mewujudkan tujuan pendidikan
Islam.
Dari paparan sebelumnya dapat dicermati bahwa
pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Tindak lanjut dalam bentuk konsep-konsep aplikatif yang nyata dan
dapat langsung dikerjakan. Konsep nyata
tersebut akan berjalan dengan baik jika memenuhi prinsip-prinsip pengorganisasian.
Ramayulis menyatakan prinsip-prinsip
tersebut adalah kebebasan, keadilan dan musyawarah.[16]
Prinsip tersebut dapat dipahami dari firman Allah:
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[17]
Berdasarkan ayat tersebut pengorganisasian hendaknya dijiwai
dengan manajemen yang penuh rasa kasih sayang, pendekatan kasih sayang,
kelembutan, tegas, bijaksana, kelembutan hati, kebeningan hati, kejernihan
hati, kesabaran, lapang dada, pendekatan
religi, konsisten dengan keputusan yang telah dibuat, serta dengan memohon
kepada Allah ampunan untuk semua komponen yang berada dalam manajerialnya. Di samping itu prinsip lain yang perlu
diperhatikan adalah prinsip amanah, kejujuran, amar ma’ruf nahi mungkar.
Allah Berfirman:
Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.[18]
Dalam
ayat lain Allah berfirman:
Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang jujur.[19]
Dengan prinsip-prinsip pengorganisasian[20]
tersebut diharapkan manajemen dalam pendidikan Islam akan terwujud dalam
bingkai ridho Allah. Lebih dari itu manajemen tersebut diarahkan dan
dikendalikan dalam nuansa nilai-nilai keislaman yang kental dengan ruh Al-Quran
dan Al-Hadis Nabi Muhammad Saw.
- penggerakan
Manajemen mempunyai
fungsi pengerakan, adanya pengerakan yang dilakukan oleh manajer memungkinkan
organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan. Dengan demikian pengerakan
yang dilakukan oleh manajer penting dalam manajemen. Manajer yang mampu
menggerakan bawahannya tentu mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi
motivasi, memberi motivasi adalah usaha untuk membangkitkan, usaha
membangkitkan merupakan satu di antara asma Allah yaitu Al-Ba’ist yang
berarti membangkitkan. Berdasarkan Asma Allah tersebut hendaknya manajer
mempunyai sifat tersebut sehingga diharapkan dalam manajerialnya mampu
membangkitkan semangat kerja bawahannya. Berkenaan dengan sifat Al-Ba’ist
Allah berfirman:
Dan Dialah yang
menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di
siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan
umur(mu) yang telah ditentukan[481], kemudian kepada Allah-lah kamu kembali,
lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.[21]
Manajerial
yang dibingkai dengan Al-ba’ist akan mampu memberikan energi motivasi
kepada bawahan secara alamiah religius, dikatakan sebagai alamiah religius
karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat tersebut, meskipun tidak dalam
tataran sempurna seperti Allah, karena manusia tidak akan pernah menyamai
Allah, tetapi paling tidak dalam kontek manajerial manusia dapat mencontoh
bagaimana Allah memberi motivasi kepada makhluk ciptaan-Nya.
- Pengawasan
Pengawasan merupakan usaha
mengawasi atau pengamatan agar pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana
yang telah ditetapkan. Menurut Ramayulis pengawasan adalah upaya
pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional dalam rangka menjamin
kegiatan berjalan sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan.[22]
Berdasarkan pendapat Ramayulis tersebut pengawasan merupakan usaha
mengendalikan agar pelaksanaan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah
disepakati.
Asnawir menyatakan bahwa
pengawasan sangat penting dalam suatu organisasi, karena pengawasan akan
membantu kelangsungan administrasi berjalan sesuai dengan harapan.[23]
Jalannya administrasi berjalan dengan baik, jika ada pengawasan yang baik,
dengan demikian antara pengawasan dengan pelaksanaan administrasi merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan, karena saling menunjang keterlaksanaan
keduanya. Adanya pengawasan dalam pelaksanaan perencanaan maupun adminsitrasi
dalam pendidikan Islam memungkinkan mengetahui kelemahan dalam peleksanaan
rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan
secara berkelanjutan dalam rangka menjamin terlaksananya kegiatan dengan
konsisten, baik material maupun spiritual.[24]
Pengawasan dalam pendidikan Islam tidak hanya mengedepankan hal-hal yang
bersifat materil saja,tetapi juga mementingkan hal-hal yang bersifat spiritual.
Hal ini yang secara signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep Islam
dengan konsep sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan
tanpa melibat Allah Swt sebagai pengawas utama.
Menurut Ramayulis pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai
karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual,
monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang
manusiawi yang menjunjung martabat manusia.[25]
Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan
yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah
sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di
sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan
pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.
Penutup
Dari
pembahasan makalah ini dapat dipahami bahwa Secara bahasa manajemen berasal
dari kata manage yang berarti
mengurus,mengatur, melaksanakan, mengelola. Kemudian secara istilah manajemen
pendidikan Islam adalah suatu proses kerjasama aktif dalam sebuah lembaga
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
lembaga pendidikan. Kerjasama tersebut berdasarkan keimanan kepada Allah, serta
kerjasama untuk mencapai ridho Allah.
Prinsip-prinsip dalam manajemen pendidikan Islam adalah didasari rasa ikhlas
kepada Allah, kejujuran, Amanah, adil, tanggung jawab, dinamis, fleksibel.
Sedangkan aspek manajemen dalam pendidikan Islam adalah aspek institusi,
struktural, personalia, informasi, teknik dan lingkungan. Kemudian fungsi
manajemen pendidikan Islam adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengerakan, dan pengawasan. Perbedaan
paling menonjol manajemen pendidikan Islam dengan manajemen sekuler atau
manjemen lainnya adalah terletak dari prinsip dasarnya, yaitu Al-Quran dan
Hadis. di sisi lain pengawasan bersifat menyeluruh, tidak saja melibatkan
manajer dalam pengawasan.
[1]Lihat
Asnawir, op.cit., h. 56-73
[2]Ibid.,
h.56
[3] QS.Al-Hasr:18
[4] QS.
An-Nisa: 94
[5]Ramayulis,
op.cit., h.271
[6] QS.
Al-Baqarah: 201
[7]Ramayulis,
op.cit., h. 271-272
[8]
Udin Syaefuddin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan,(
[9] Ibid.
[10]
Asnawir, op.cit., h. 58
[11] Ibid.,
h. 63
[12] Qs.
Al-Imran:102-103
[13]
Ramayulis, op.cit., h. 272
[14]Ibid.
[15]Ibid.
[16] Ibid.
[17]QS.
Al-Imran:159
[18]QS.
Al-Mu’minun:8
[19]QS.
At-Taubah: 119
[20]
Lihat pendapat Asnawir tentang
prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut: memiliki tujuan, tiap anggota
memahami dan menerima tujuan tersebut, adanya kesatuan arah, adanya kesatuan
perintah, adanya kesembangan antara wewenang dan tanggungjawab, adanya
pembagian tugas sesuai kemampuan, mempunyai pola yang relatif permanent, adanya
jaminan keamanan dalam bekerja,adanya imbalan yang setimpal, adanya struktur
garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hirarki tata keja yang jelas,
Asnawir, op.cit., h. 65-66
[21]QS.
Al-An’am:60
[22]
Ramayulis, op.cit., h.274
[23]
Asnawir, op.cit., h. 73
[24]
Ramayulis, loc.cit.
[25]Ibid.
No comments:
Post a Comment