Menarik untuk di disikusikan tulisan Muhammad Kosim LA, “Adanya Perbedaan; Rahmat atau Azab”(Haluan/06/08). Muhammad Kosim menyimpulkan bahwa perbedaan akan mendatangkan rahmat jika perbedaan tersebut dalam tataran pemahaman terhadap ayat-ayat yang dzanni. Sebaliknya jika perbedaan dalam tataran pemahaman terhadap ayat-ayat yang qathi, maka hal itu akan membawa bencana, azab. Dari pendapat Kosim tersebut dapat dicermati bahwa Islam mengakui adanya perbedaan, Islam sebagai agama wahyu mengakui perbedaan itu, bahkan perbedaan adalah sunatullah. Missal laki-laki akan berbeda dengan perempuan, malam akan berbeda dengan siang. Bodoh akan berbeda dengan pandai, kaya akan berbeda dengan miskin, dari semua contoh tersebut jelaslah bahwa di dunia ini perbedaan adalah keharusan yang diciptakan oleh Allah.
Dengan
adanya perbedaan tersebut semua makhluk Allah saling membanru dan saling
mengisi, dengan adanya berbeda suku bangsa
manusia akan saing mengenal dan saling menolong. Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat: 13). Dari ayat tersbeut dapat dipahami bahwa
perbedaan adalah bukti kekuasaan Allah, jika di dunia ini tidak ada perbedaan,
tidak beraneka ragam pendapat, jenis
maka dunia ini tidak bermanfaat, hidup akan hampa, hidup akan kaku dan
membosankan. Dengan adanya perbedaanlah dunia ini menjadi indah, menjadi penuh
warna-warni.
Perbedaan dalam memahami dan menafsirkan di
dalam Islam tidak ada dosa selagi tidak melanggar prinsip-prinsip pokok,
prinsip-prinsip pokoktersebut di antaranya adalah Allah Swt adalah Esa,
Muhammad Saw adalah Nabi terakhir, salat, puasa ramadhan. Kalau hal-hal yang
prinsip di langgar maka hal inilah yang akan menimbulkan gejolak, menimbulkan
dosa dan keresahan di tengah masyarakat.
Di sisi lain,berbeda pendapat dalam memahami
ayat tidaklah ada dosa, berbeda dalam hal yang tidak pokok tidak ada masalah
dan tidak akan keluar dari Islam. Konsep –konsep perbedaan seperti yang telah
dibahasa seblumnya hendaknya diketahui dan di tularkan kepada masyarakat Islam.
Dengan adanya pemahaman yang baik
tentang perbedaan mana yang baik dan boleh dan perbedaan mana yang dilarang dan
membahayakan keimanan, masyarakat tidak mudah
terjebak pada perilaku benar sendiri, menang sendiri dan orang lain
selalu salah.
Menurut Sirajuddin Zar[Rektor IAIN IB Padang]
tolak ukur kesesatan dalam Islam sangat mudah diketahui, yaitu dengan alat ukur ayat al-Quran. Jika
pendapat seseorang bertentangan dengan ayat maka hal tersebut adalah sesat,
atau jika ada satau pendapat dan ternyata tidak ada ayat yang dengan jelas membahas
tentag hal tersebut maka permasalah atau pendaat itu bakan dari ayat, tetapi
hanya suatu pendapat perseorangan.sebagai contoh dalam Islam, diyakini bahwa
manusia pertama adalah Adam, keyakinan ini berdasarkan Al-Quran, Dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"(QS. Al-Baqarah:31).
Ayat
ini adalah satu di antara banyak ayat yang mengindikasikan bahwa Adam adalah manusia
pertama. Jika ada orang yang menyatakan
Adam bukan orang pertama berarti hal itu pendapat, atau ada yang menyatakan
bahwa Adam mempunyaipostur tubuh yang tegap dan tinggi itu adalah pendapat, di
katakan hanya pendapat karena tidak ada secara jelas ayat-ayat yang memberi
informasi tentang bentuk postur tubuh Adam.
No comments:
Post a Comment