Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.[1] Ayat tersebut mengindikasikan bahwa tidak semua orang akan mendapatkan kebenaran, hal ini membuktikan bahwa meskipun manusia mempunyai akal tetapi dengan akalnya ia tidak serta merta mendapatkan kebenaran hakiki. ”Telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.”[2]
Ayat
tersebut memebri gambaran bahwa Allah berhak memberi pengetahuan tanpa harus
melakukan penelitian, tanpa eksperimen. Pengetahuan tersebut bersifat kewahyuan
yang diberikan kepada manusia yang telah dipilih oleh Allah, dan kebenaran dari
pengetahuan tersebut terjamin dari kesalahan. Dalam arti tidak ada semacam
eksperimen, pengamatan. Pengetahuan seperti ini bersifat kebenaran hakiki.
Islam
mengakui adanya pengetahaun yang didapat melalui mimpi yang benar. Mimpi dalam
Islam dapat menjadi sumber pengetahuan,
pengetahuan melalui mimpi tidak dapat dicari secara metode ilmiah, metode
eksperimen, metode penelitian, maupun pengamatan.” Ya Tuhanku, Sesungguhnya
Engkau Telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan Telah mengajarkan
kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah Aku dalam keadaan
Islam dan gabungkanlah Aku dengan orang-orang yang saleh.”[3]
Pengetahuan
dan kebenaran dalam Islam dapat
diperoleh melalui ilham,”Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut
Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku".
mereka menjawab: kami Telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa
Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".[4]
Kebenaran
dan npengetahuan dapat diperoleh manusia melalui ilham yang langsung diberikan
Allah kepadamanusia yang telah dipilih-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
Islam pengetahuamn dan kebenaran tidak harus melalui metode ilmiah, penelitian,
tetapi dapat langsung diperoleh manusia melalui ilham. Dalam ayat lain Allah
juga memberi ilham kepada ibu Musa, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa;
"Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah dia
ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih
hati, Karena Sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul.”[5]
Ayat
tersebut secara jelas memberikan fakta bahwa pengetahuan dapat di peroleh
manusia melalui ilham yang langsung diberikan Allah kepada manusia yang
dikehendakinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa epistemology dalam islam
menyatukan akal dan mengarahkannya untuk mencapai pengetahuan dan kebenaran
berdasarkan wahyu, keimanan kepada Allah. Islam mengakui kemampuan akal, panca
indera, tetapi Islam juga memngakui ilham, mimpi dan wahyu sebagai sarana
mendapatkan ilmu langsung dari Tuhan. Dan pengetahuan dan kebenaran yang
didapatkan dari sarana tersebut tidak dapat diperoleh melalui metode ilmiah
apapun.
Sebagai
uaraian penutup pada poin ini, perlu sebagai dipahami bahwa pengetahuan dalam
Islam berawal dari sebuah keyakinan/ premis keyakinan. Keyakinan akan kebenaran
al-Quran sebagai sumber pengetahuan. Dikatakan al-Quransumberpengetahauan
karena di antara fungsi al-Quran adalah sebagai petujuk dan pembeda antara yang
hak dan yang batil.“ (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.[6]
Ayat tersebut secara jelas
memberikan informasi bahwa al-Quran adalah sumber petunjuk kebaikan bagi
manusia, penjelas tentang segalaseustau yang tidak dipahami oleh manusia.
Penjelas tentang peristiwa masa lalu, masa yang akan datang dan masa
metafisika/ akherat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Al-Quran adalah
sumber pengetahuan bagi manusia,baik yangbersifat fisika maupun metafisika.
Islam sangat peduli terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, banyak ayat yang memberi motivasi agar manusia
berusaha mencari ilmu dan menenliti, hal ini membuktikan bahwa kedudukan ilmu
dlam Islam sangat diperhatikan dan diutamakan. Bahkan dalam ayat 11
Agar
manusia berilmu Allah memberi pengajaran, di antara ayat yang memberi sinyal
pengajaran adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.[7]
Dari
ayat tersebut dapat dipahami bahwa sumber dari pengetahuan dalam Islam adalah
wahyu. Dan untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah dengan mempergunakan panca
indra dan akal yang kesemua kegiatan
tersebut dikendalikan oleh iman dan wahyu.wahyau merupakan puncak segala sumber
pengetahaun yang emrupakan manisfestasi dari firman Allah.
[1] QS. An-Nur:43
[2] QS. Yusuf:68
[3] QS. Yusuf:101
[4] QS. Al-Maidah:111
[5] QS. Al-Qashas:7
[6] Al-Baqarah:185
[7] Al-Baqarah: 164
No comments:
Post a Comment