31 August 2008

Para Pencari Kekuasaan

Oleh: Riwayat Attubani
Para pencari kekuasaan, ya sekarang banyak orang berlomba untuk mencari kedudukan, jabatan. merekaberlomba untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara apapun. para pencari kekuasaan selalu berlomba menjadi pemenang. menjadi manusia nomor satu, menjadi pemimpin. padahal Muhammad Saw pernah memperingatkan kepada semua manusia agar berhati-hati kepada orang yang meminta jabatan. bahkan Nabi Muhammad Saw melarang seseorang meminta jabatan. jabatan adalah amanah, bukan sekedar untuk memperturutkan ambisi dan hawa nafsu.
banyak orang terjebak kepada nafsu kekuasaan,nafsu ingin berkuasa, padahal sebenarnya ia tidak layak untuk menjadi penguasa, yang pantas baginya adalah orang biasa.
sebagai orang beriman tentunya ada sisi hati yang menjadi parameter, menjadi tempat meminta fatwa. Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa jika ada masalah ada problem, ada kendala dalam hidup maka mintalah fatwa pada hati nurani, hati yang bersih, hati nurani adalah hati yang masih terkonek terhadap Tuhannya.
untuk itu menjadi manusia hendaknya jangan mencari dan meminta jabatan, tetapi kalau ada yang meminta hendaknya kita bertanggungjawab dan berusaha memikul amanah itu.

22 August 2008

GENERASI PILIHAN

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4

Oleh: Riwayat

menjadi generasi pilihan adalah keinginan setiap orang, generasi pilihan adalah generasi yang menyadari diri akan kebesaran Tuhan, menyadari diri akan ke Maha Kuasaan Allah. Dengan kesadaran ini, generasi pilihan akan mampu bertanggungjawab dengan perbuatan dan pekerjaannya.

Generasi pilihan adalah generasi yang selalu mendirikan salat, salat dijadikan sebagai kebutuhan hidup, kebutuhan yang harsu diuatamakn dan dinomorsatukan dalam setiap aktivitasnya. karena salat dalam pandangan generasi pilihan adalah jalan satu-satunya untuk berjumpa dan bermunajat secara langsung kepada Allah. Bahkan salat menjadi cirri utama generasi pilihan.

Generasi pilihan adalah generasi yang mempunyai kepribadian tinggi,kepribadian yang utama, kepribadian yang dibalut dengan nilai- nilai agama. Kepribadiannya merupkan aplikasi dari ajaran dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Al-Quran dan hadis merupakan pedoman hidupnya, Al-quran dan hadis adalah rujukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidunya.

Generasi pilihan adalah generasi yang menyadari bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, menyadari bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir ketika nyawa meninggalkan raga mereka. Generasi pilihan adalah generasi yang sadar bahwa dunia tidak bernilai jika dibanding dengan akherat, dengan kesadaran ini generasi pilihan selalu hidup dalam keridhoaan Allah, hidupnya penuh dengan bekal-bekal kebaikan, amal soleh, ibadah yang banyak dan kerja keras berdasarkan aturan Allah, hidupnya, hanya dipenuhi dengan keikhlasan dan tawakkal, serta kerja keras yang diiringi dengan doa tulus semata mencari ridha Allah.

Generasi pilihan tidak akan tertipu oleh gemerlap duniawi tidak akan terjabak dengan kehidupan yang menipu, kehidupan dunia yang semu, sendau gurau dan menyesatkan serat membuai orang yang mencintainya.

Generasi pilihan adalah generasi yang tidak mau dijajah oleh dunia tidak mau diajajh oleh nafsu mereka, tidak mau dijajah oelh keinginan setan, keniginan duniawi yang membuat dirinya luap kepada kehidupan akherat, kehidupaj yang abadi.

Dunia bagi generasi pilhan adalah lading untuk bercocok tanam, berladang kebiakan dan amal soleh dan amal ibadah, dunaia adalah aladang untuk memperbanyakdan mempetluas lading-ladanag kebaikan,ladanag amal soleh, amal yang mengantarkan mereka kepadakehiduapn akherat yang menyenagkan dan mengembirakan.

Generasi pilihan adalah generasi yang tidak membiarkan kemungkaran ada di lingkungan dan di ahadapn dirinya, ia selalu mencoba ntuk melawan berbagai kezaliman dan angkara murka yang merajalela di masyarakatnya.

Generasi pilihan adalah generasi yang bermanfata bagi semua orang beranfaat bagi dri dan lingkunganya, gnerasi piliahnadalah generasi yang berbuat, generasi yang berinisiatif, generasi yang mengerkkan segala kemampuan dan kemampuan orang lain agar bermanfaat bagi diri mereka dan orang lain

Generasin pilihan adalah genarsi yang selalu ingat kepada Allah dimana saja, tanpa melihat waktu tenpa dan keududkan drinya. Generasi pilahan adalah generas yang terpaut hatinya kepadaAllah, terpaut sellau untuk berbauat dan bertinfak seperti keinaginan Allah sebagai pencipta ala mini. Allahu Allam.

21 August 2008

SEMOGA PARA KORUPTOR BERTOBAT

Oleh; Riwayat
Semoga pata koruptor bertobat, yah itu adalah harapan sebagai anak bangsa dan sekaligus yang peduli terhadap nasib para koruptor yang terjerumus dalam pencuraian ast bangsa, dengn bertobat danmengembalikan semau aset bangsa yang dikurpsi dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya adalah usaha yang adil dan bijak. tobat adalah jalan yang benar dan pautu dilakukan oleh para pencuri harta negera dan harta rakyat. dengan tobat mudah-mudahan ia menjadi manusia yang baik, manusia yang mengakui kesalahnya. karena manusia tidak luput dari salah, maka ketika salah adalah suatuyang wajar, tetapi jika sudah tahu kalau ia salah dan tidak mau menyadari dan bertobat maka hal itu adalah keburukan perangainya.
ketika para koruptor bertobat makaada kemungkinan bangsa ini terbebas dari penyakit kronis dan membuaday ini. aset negara kemabli dan para pemimpin yang sudah terlanjur korupsi akan sadar diri dan memulai hidup baru.
harapan untuk bertobat dan mendoakan mereka agar sadar adalah perbuatan baik. dengan keadaran sendiri untuk mengembalikan harta yang dicurinya merupakan langkah bijak dan berani. untuk itu mari kita semua bukan hanya membenci perilaku korupsi, tetapi lebih dari itu mari bersama mendoakan mereka yang korupsi agar sadar dan bertobat serta mengembalikan uang yang dikoprupnya. semoga mereka diberi hidayah untuk kembali ke jalan yang benar. amiin.

18 August 2008

Apakah Kita Sudah Merdeka ?

Apakah merdeka itu, merdeka dari penjajah, merdeka dari kolonial? mungkin kita akan menjawab dengan menyatakan bahwa dikatakan merdeka adalah ketika suatu bangsa telah terbebas dari belenggu penjajahan, penjajah telah hengkang dari negeri tersebut.merdeka adalah ketika suatau bangsa telah lepas dari kolonialisme.
merdeka bukan hanya sebatas itu, merdeka bukan sekedar lepas dari penjajah bangsa lain, tetapi lebih dari itu kita harus merdeka dari bayang-bayang orang lain, merdeka dari belenggu kemiskinan, merdeka dari kebodohan, merdeka dari penipuan, merdeka dari penindasan, merdeka dari korupsi, merdeka dari suap, merdeka dari manipulasi, merdeka dari kecurangan, merdeka dari penghianatan, merdeka dari kesusahan, merdekatan dari kejahaatan para penguasa yang zalim.
bangsa indonesia secara defakto telah merdeka tanggal 17 Agustus 1945, bangsa ini medeka dari penjajahan bangsa lain, namun perlu juga dicermati bahwa kita, bangsa kita belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan, korupsi, pemimpin yang zalim, suap, para penghianat.
untuk itu mari kita merdeka dari segala musuh kemanusiaan.

Menjadi bangsa Yang Menghargai Pahlawannya

bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu diri, tahu membalas dan mengharga pahlawannya.sebagai bangsa yang besar perlu kiranya berjiwa besar,jiwa yang mampu menghargai dan mensyukuri nikmat kemerdekaan.
moment HUT RI ke-63 merupakan moment penring dalam rangka evaluasi diri, apa yang tellah diberikan untuk kemajuan bangsa dan negara ini. jangan pernha kita berfikir apa yang diberikan oleh negara, tetapi tanyakanlah seberapa banyak yang kita sumbangkan untuk negara ini.
di sisi lain, sudahkan kita mendoakan dan menghargaia para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan dan anak cucu dan generasi yang akan datang?
perlu kirannya kesadaran dan keinsyarafn kita, insyaf untuk tidak lagi berbaut zalim, hina, khianat terhadap bangsa dan negara sendiri. paling tidak dalam mengisi kemerdekaan kita harus berperan sesuai dengan profesi masing masing.
paling sedikit kita mengheningkan cipta dan berdoa untuk para pahlawan negara ini.
realitas dewasa ini ketika upacara HUT RIsetiap tanggal 17 Agustus selalu ada segelintis bangsa iniyang tidak serius dan hikmat dalam mengikuti uacara. sehingga upacara bagi mereka merupakan beban, upacar disidengan meribut, ngobrol ngalor ngidul.

17 August 2008

Guru kesejahteraanmu selalu dipersulit

Oleh: Riwayat Attubani
Guru dari dulu nasibmu selalu begitu, gaji yang kecil, profesi yang dianggap remeh, bahkan untuk menegakkan kepala pun engakau harus tertatih di pinggir-pinggir kehidupan yang marjinal. meskipun tak kenal lelah bejuang dengan segala daya, upaya, jiwa raga tetapi penghargaan dan kesejahteraan masih berada di awang awang. kehidupanmu hanya menerawang , terbang bersama angan-anganmu yang tinggi terhadap keberhasilan generasi.
harapan terhadapkeberhasilan generasi membuatmu makin menjadi untuk memajukan negeri ini dengan menghasilkan banyak ahli. hali ini ahli itu,tetapi dirimu selalu begitu-begitu saja, berjalan ditenapt dan merana sepanjang masa. asa mu terhadap generasi seolah tertutupoleh keinginanmu mencukupi sesuap nasi untukmu dan keluargamu. oh guru nasibmu selalu begitu-begitu saja, seolah elahmenjadi takdir yang tidak akan berganti, sebuah takdir yang akan engkau bawa mati.
banyak pihak yang sinis melihtamu menuntut kesejahteraan, karena menurut mereka guru tidak layak banyak menuntut karena pofesi guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. memang guru selalu diperlakukan tidak adil, guru selalu menjadi musuh di negeri ini, musuh bagi mereka yang enggan dan tdak peduli terhadap nasib guru.

16 August 2008

Guru Nasibmu

Oleh: Riwayat Attubani
sejak dulu nasibmu selalu begitu, mau ini mau itu tidak kesampaian, lidah kelu ketika berhadapan dengan penguasan yang tidak berpihak kepadamu dan rakyatmu. oh guru selalu dianggap pahlawan tanpa tanda jasa, sehingga membuatmu selalu tidak jaya dan tidak berdaya oleh ulah para penguasa republik ini. guru yang digugu dan ditiru, dirimu selalu menjadi bahan diskusi yang seolah telah basi tanpa memberi kontribusi terhadap sesuap nasi yang engaku cari setiap hari. sekolah adalah tempatmu mengabdi dengan hati nurani, tetapi di satu sisi sengkau selalu susah untuk memenuhi wadah nasi dan periuk di keluargamu, sedih dan pilu itu yang selalu kau rasa, nedtapa dan siksa batin menjadikan dirimu makin yakin bahwa suatu saat guru akan menjadi idola dan diburu. memang seharusnya guru di gugu dan ditiru, tetapi untuk gaji jangan ditiru karena bikin kuru[kurus]. lesu dan sakit serasa sembilu menjadi menu dalam kehidupanmu oh guru-guru. nasibmu kini untuk naik gaji saja pakai sertifikasi, pakai ini pakai itu, sehingga guru un selalu tertipu dan diberi harapan baru yang semu, guru oh guru kamu selalu menjadi ajang diskusi di meja makan dan di gedung DPR sana, tetapi semua tidak memberimu harapan baru, yang ada hanya mimpi-dan mimpi di siang hati.
nasibmu memang beda dengan anggota DPR, mereka saja yang hanya punya izajah SMA, teradang Ijazah palsu atau aspl mudah saja menaikkan gaji tanpa sertifikasi, tanpa ini, tanpa itu, tidak ada dipersulit, naikgaji bagi anggota DPR sangat mudah tanpa syarat syarat yang rumit dan sulit, tapi bagimu guru jika engaku menuntut gaji menuntut kesejahteraan, maka anggota DPR pun ikut nimbrung dan mempersulit kenaikan gajimu, padahal kenaikan gajimu guru tidak seberapa jika dibanding dengan gaji para anggota DPR itu. DPR memang selalu begitu,selalu mempersulit guru mendapatkan gaji yang layak, sedangkan kalau aggota DPR naik gaji guru tidak pernah protes, tidak pernah mempersulit, seharusnya anggota DPR itu ngerti kepadamu guru bukan malah mempersulit kenaikan gajimu, pakai syarat ini dan itu, guru memang nasibmu selalu begitu, kesejahteraanmu masih di alam mimpi, mudah-mudahan kamau bahagia dalam mimpimu oh guru, semoa tiadk selalu begitu, mungkin nanti ada pemimpin bangsa ini yang menghargaia jasamu wahai guru, sabar dan berdoalah semoga ada pemimpin bangsa ini kelak memperhatikanmu lebih dai impianmu selama ini.

15 August 2008

Merdeka Indonesiaku

Merdeka adalah pilihan semua bangsa di dunia. merdeka adalah keinginan semua orang, semua bangsa. merdeka adalah pilihan mutlak. tidak ada kompromi untuk kata merdeka. dimanapun di dunia ini termasuk di Indonesia merdeka adalah keinginan yang harus diperjuangkanoleh semua pihak. bangsa indonesia telah medeka selama 63 tahun, 63 tahun bukanlah waktu yang singkat.dengan waktu tersebut paling tidak akan membawa perubahan terhadap Indonesia. merdeka adalah pilihan, pilihan ang membutuhkan pengorbanan. adanya kemerdekaan seharusnya membawa perubahan terhadap keadaan bangsa ini yang melarat, adanya kemerdekaan seharusnya bangsa ini makin aman, tenteram, damai, tanpa ada narkis, tanpa ada korupsi, penipuan, sogok menyogok, tipu-menipu. tetapi yang terjadi di negeri ini merdeka bukan membuat bangsa ini makmur, damai dan aman, tetapi bangsa ini merdeka telah mencapai setengah abad, namun kemelaratan, kemiskinan masih merejalela dan menghantui bangsa ini, pemimpin yang diharapakn akan membawa kebaikan dan kesejahteraan malah membuat rakyat makin terpuruk dengan ulah mereka yang arogan, semenamena, suka korupsi, kolusi dan tidak amanah dalam melaksanakan tugas, ada hal tersebut menjadikan bangsa Indonesia main terpinggirkan terutama dalam hal perekonomian. merdeka Indonesiaku, merdekalah dengan kemerdekaanmu, meski saat ini engkau masih di pimpin oleh-pemimpin-pemimpin yang suka korupsi, kolusi dan penghianatan, namun yang pasti suatu saat akan ada pemimpin yang adil dan amanah, yang akan membawa Indonesia ke arah lebih baik dan sesuai dengan budaya sendiri.

13 August 2008

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4


(Classroom Action Research)

A. PENDAHULUAN

Dalam standar pendidikan nasional tahun 2005, sepuluh kompetensi tersebut disempumakan menjadi empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, profesional, kependidikan, dan sosial. Penyempurnaan tersebut dilakukan karena ada pengamatan praktik keseharian terkesan bahwa dalam mengajar, guru cenderung mengutamakan mengajar secara mekanistis. Diantara butir kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan profesional guru, dengan meningkatnya profesional guru diharapkan memperbaiki mutu pendidikan. Pada dasarnya ada beberapa penelitian sederhana yang dapat dilakukan oleh guru, seperti penelitian deskriptif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Diantara penelitian yang lebih diperlukan dalam pembelajaran adalah penelitian tindakan, karena penelitian ini berhubungan lansung dengan pembelajaran. Arah dan tujuan penelitian tindakan kelas sudah jelas, yaitu untuk kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Namun demikian, ada hal yang perlu dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi mengandung satu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar peningkatan hasil. Jika penelitian tidak memberi kontrubusi terhadap peningkatan perbaikan dalam pembelajaran, berarti ada kemungkinan penelitian yang dilakukan oleh guru tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan prinsi-prinsip penelitian tindakan.


B. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Suharjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas praktik pembelajaran.[1] Dari pendapat Suharjono tersebut dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha kegiatan penelitian yang dilakukan guru untuk mencari solusi terhadap permasalah yang ditemui dalam proses pembelajaran. Menurut Para Pakar[2] penelitian tindakan kelas adalh sebagai berikut: Kurt Lewin menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Kemmis dan MC Taggart, menyatakan penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik social atau pendidikan yang mereka lakukan.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di kelas secara bersama.[3] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa penelitian adalah usaha sadar untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di suatu kelas secara bersama. Penelitian tersebut dilakukan guru di terhadap siswanya.

Penelitian tindakan kelas sudah dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris adalah Clsroom Action Research (CAR). Untuk mengartikan penelitian tindakan kelas kita dapat melihat dan tiga kata yaitu penelitian, tindakan dan kelas.

1. Penelitian, menunjukkan suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan muta suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.[4]

2. tindakan, suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu[5] Dalam penelitian berbentuk rangkaian sikius kegiatan untuk siswa.kelas adalah ruangan tempat berlansung proses belajar mengajar.

3. Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan guru yang sama pula.

4. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruangan kelas, tetapi dimana saja, yang terpenting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwanya bisa di labor, di perpustakaan, dan lain sebagainya. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian (2) tindakan, dan (3) kelas. Maka dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dan guru yang dilakukan oleh siswa.

Kesalahan umum yang terdapat dalam penelitian tindakan guru adalah penonjolkan tindakan yang dilakukan sendiri, misalnya guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang pas. Seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa mengamati proses mencaimya es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci terbuka, atau di dalam gelas. Juga juga diminta membandingkan dan mencatat hasilnya. Dengan kata lain, guru melaporkan berlansungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang teijadi, mengamati hash dan proses, mengadakan pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan kelas dan sebagainya. Sekali lagi, yang dilaporkan oleh guru dalam penelitian tindaakan kelas adalah segala hal yang dilakukan oleh siswa, bukan yang dilakukan oleh guru.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat diartikan suatu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memeahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.[6] Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinermelaksanikan PTK di kelas masing-masing clan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

C. PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN

Agar penelitian memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik dan benar tentang penelitisn tindakan, maka perlu kiranya memahami berbagai prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan. Pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas akan membantu penelitian tindakan kelas menjadi bermutu. Di sisi lain peneliti akan mudah dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Diantara prinsip-prinsip penelitian tindakan[7] adalah:

1. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin tanpa ada kesan mengganggu kegiatan yang selama ini telah dilakukan. Dengan adanya penelitian tindakan tanpa mengubah kerja rutinitas maka, dimungkinkan hasilnya akan baik, tetapi jika suasan arutin diganti dengan waktu atau suasan yang lain maka penelitian dikeragui akan berhasil dengan baik. Artinya adalah penelitian tindakan kelas tidak perlu membutuhkan waktu khusus, karena hal itu akan menganggu proses pembelajaran yang sudah dilakukan secara rutin,di sisi lain, kalau sampai terjadi guru melakukan penelitian tindakan berulang-ulang maka akan menggangggu dan merepotkan kepala sekolah. Penelitian tindakan kelas hendaknya berhubungan dengan profesinya sebagai seorang guru. Jika penelitian tindakan kelas dilakukan oleh Kepala Sekolah, maka penelitiannya hendaknya berhubungan dengan pengawasan

2. Adanya kesadaran Diri Untuk Memperbaiki Kinerja.

Penelitian tindakan kelas hendaknya didasari keinginan untuk sesuatu yang lebih baik. Penelitian yang akan dilakukan hendaknya mempunyai arah dan tujuan yang pasti terutama dalam upaya memperbaiki kenarja dalam pembelajaran. Dan upaya untuk menuju yang lebih baik hendaknya dilakukan secara terus menerus. Di sisi lain, penelitian tindakan kelas hendaknya dilakukan tanpa u hnsur paksaan, atau terpaksa melakukan penelitian tersebut. Artinya adalah dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru menyadari ada kekurangan dalam dirinya.

3. SWOT Sebagai Dasar Berpijak

Penelitian tindakan kelas hendaknya dimulai dengan melakukan analisis SWOT, analisis SWOT adalah kekuatan (Stenght), Weaknesses (kelemahan), Kesempatan (Oportunity), ancaman(Threat), empat hal tersebut (SWOT), dilihat pada guru yang akan melakukan penelitian, dan siswa sebagai obyek penelitian. Dari prinsip tersebut dapat dipahami bahwa dalam penelitian tindakan hendak dilakukan jika ada kesepahaman, atau sejalan dengan kondisi guru dan keadaan siswa.

4. Upaya Empiris Sistematis

Prinsip ini adalah aplikasi dari prinsip SWOT, jika seorang guru telah melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya mengikuti prinsip-prinsip dan sistemik, empiric. Di samping itu guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penelitian tindakan.selain itu, peneliti hendaknya memahami pembelajaran sebagai sebuah system, sehingga akan mempudah dalam proses keterkaitan antara prinsip-prinsip, mepiris dan sistemik berhubungan dengan keseluruhan system.

5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan

Smart adalah kata dalam bahasa Inggris ang artinya cerdas, tetapi dari kata Smart mempunyai arti sebagai berikut, spesifik, khusus tidak terlalu umum. Managable, artinya dapat dikelola, dan dilakukan. Acceptable, dapat diterima oleh lingkungan, Achievable, artinya dapat dicapai, realistic, operasional dan tidak keluar dari jangkauan. Time bound, diikat oleh waktu dan tempat. Kelima prinsip tersebut hendaknya menjadi perhatian guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas

D. SASARAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Pada bagian ini akan dikemukakan sasaran yang dijadikan dalam penelitian tindakan kelas. Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan kelas sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa sasaran dalam penelitian tindakan kelas adalah segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas, yang dimaksud dengan kelas dalam penelitian tindakan kelas, tidak sama dengan kelas yang dipahami banyak orang. Kelas dalam penelitian tindakan adalah sekelompok siswa yang sedang belajar. Untuk mengetahui sasaran penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu kita harus mengetahui segala komponen yang ada dalam sebuah kelas. Secara garis besar komponen yang ada dalam sebuah kelas adalah: siswa, guru yang sedang mengajar, materi pelajaran, peralatan yang dipergunakan, lingkungan pembelajaran, pengaturan yang dilakukan oleh pimpinan, clan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu penelitian tindakan kelas dilakukan tidak harus ketika proses belajar sedang berlansung, karena yang yang dimaksud dengan kelas bukan ruangan tetapi siswa.. Yang menjadi sasaran penelitian tindakan kelas merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. siswa dapat dijadikan sasaran penelitian tindakan kelas ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran baik di kelas maupun di tempat lain. Siswa juga bisa dijadikan objek penelitian tindakan kelas ketika menegerjakan pekerjaan rumah dan pekeijaan lain yang berhubungan dengan pelajaran. guru dapat dijadikan objek penelitian tindakan kelas apabila guru sedang mengajar, terutama cara guru memberikan bantuan kepada siswa, ketika membimbing siswa thiam segala hal. materi pelajaran dapat dicermati yang tertuang dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam rencana tahunan, rencana semesteran, dan analisis.[8]

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Perkembangan masyarakat dan tuntutan pendidikan yang berkualitas begitu cepat. Akibatnya, tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik pun harus meningkat lebih cepat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di kelas. Dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Agar tujan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Diantara tujuan PTK sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

2. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.

3. Meningkatkan dan memperkuat kernampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

4. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

5. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mum pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

6. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.[9]

Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan altematif yang telah direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan altematif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh poendidik atau tidak. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional tenaga kependidikan dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dapat tercapai dengan penelitian kelas yaitu terjadinya proses latihan dalam jabatan dan pemberian layanan pelajaran yang akurat. Dengan demikian, akan lebih banyak terlatih untuk mengaplikasikan berbagai tindakan altematif sebagai upaya meningkatkan layanan pembelajaran dan perolehan pengetahuan umum dalam dunia pendidikan yang dapat diaplikasikan. Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:

1. perhatian dan peningkatan kualitas isi, masukkan, proses, dan hasil pembelajaran.

2. menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktifmencari solusi akan permasalahan pembelajaran.

3. menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran.

4. meningkatkan kalaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktif pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan mendapatkan ilmu yang baru dan penelitian tindakan yang dilakukannya. Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dan beberapa komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain mencakup: inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum dalam tingkat regional dan tidak menutup kemungkinan dalam tingkat nasional, peningkatan profesional pendidik.[10] Dengan memahami dan mencoba pelaksanaan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidik dan akan menambah mutu pendidikan.

G. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti diantaranya adalah: (1) mengiclentifikasi dan merumuskan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan hipotesis tindakan; (4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya; (5) melaksanakan tinclakan dan mengamatinya; (6) mengolah dan menafsirkan data; dan (7) melaporkan. Secara alami, langkah-langkah itu basanya tidak terjadi dalam alur yang lurus.[11] Apabila teijadi perubahan masalah pada waktu dilakukan analisis masalah, maka diperlukan identifikasi masalah yang baru. Data diperlukan untuk memfokuskan masalahnya dengan mengidentifikasi faktor penyebab, dalam menentukan hipotesis tindakan, dalam evaluasi dan sebagainya.

1. Identifikasi dan Perumusan masalah.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, PTK dilakukan untuk mengubah perilaku guru sendiri, perilaku sejawat dan siswa, atau mengubah kerangka kerja, proses pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku guru dan sejawat serta peserta didik. Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran. Contoh-contoh bidang garapan PTK: (1) metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan, (2) strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar, (3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyulotentik, (4) penanaman atau perubahan si/cap dan nilai mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5) pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diii, (6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku, (7) administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dan administrasi sekolah.[12]

a. Identifikasi masalah

Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah mi merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti hams dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalah dalam penelitian tindakan dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masalah penelitian tindakan berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.

Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah penelitian: (a) Masalah tindakan hams penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dan segi pengembangan lembaga atau program, (b) Masalahpenelitian hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dan pihak para peneliti dan waktunya terlalu lama, (c) Pernyataan masalah penelitian harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental mi daripada berdasarkan fenomena dangkal.”[13] Berikut mi beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan knitis di kalangan mahasiswa; (2) rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dan tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas[14]. Untuk Iebih jelas berikut diberikan contoh dalam mengidentifikasi masalah:

Ketika guru masuk kelas, pada jam 7 pagi, 5 Agustus 2002, munid-murid kelas
IV SD itu sangat ribut. Beberapa mondar-mandir di depan kelas, beberapa berkelakar, dan yang lain bercakap-cakap satu sama lainnya. Sadar gurunya sudah datang mereka terdiam dan mencari meja masing-masing. Mereka lalu duduk manis, tangan cli meja., dengan tangan kanan menumpangi tangan kin. Guru memberi salain, “Good morning, children.” Murid-murid menjawab, “Good morning, Mam.” “Is anybody absent?” Tidak ada yang menjawab. Lalu dia mengulangi pertanyaan dalam bahasa Indonesia, “Ada yang tidak masuk?” Mereka saling berpandangan sebentar. “Tidak ada, Bu,” kata Sutanto, ketua kelasnya. “Bagus. Hail mi kalian akan belajar nama-nama binatang. Kalian sudah siap?” “Sudah, Bu,” jawab murid-murid serentak. “Good. Prepare your pens and notebooks. Copy the words from the board.” Tidak ada yang menanggapi. “Kalian mengerti maksud Ibu?” “Tidak, Bu,” jawab murid-murid serentak. Guru lalu menyampaikan pesan yang sama dalam bahasa Indonesia.
Sementara murid-murid menyiapkan buku dan pena mereka, guru menulis 15 nama binatang dalam bahasa Indonesia di papan tulis, berderet ke bawah. Setelah selesai, dia berkeliling kelas melihat-lihat apakah murid-muridnya menulisnya dengan benar ejaannya. Kadang dia berhenti untuk membantu murid yang mengalami kesulitan.
Setelah murid-murid selesai menuliskan ke- 15 nama binatang tersebut, dia meminta anak-anak melihat papan tulis. “Siapa yang tahu bahasa Inggrisnya nama binatang-binatang mi?” Sutanto tunjuk jan. “Bagaimana yang lain?” Tidak ada yang menanggapi. “Baiklah. Apa yang kamu ketahui, Susanto?” “Saya tahu dua saja, Bu. Kucing disebut /tfatl (diucapkan seperti kalau membaca bahasa Indonesia) dan sapi /t.fow/” “Coba kamu tulis dua nama itu di samping naina bahasa Indonesia di papan tulis itu,” pinta gurunya. “Bagus. Tetapi membacanya tidak begitu.” Dia memberikan contoh melafalkan kedua nama tersebut secara benar dan minta murid-murid untuk menirukan bersamasama. Kemudian dia melengkapi nama-nama 15 binatang dalam bahasa Inggris. Kemudian dia mengambil alat penunjuk dan minta murid-murid untuk menirukan guru.

Dengan menunjukkan alat itu ke nama-nama bahasa Inggris binatang di papan tulis satu per satu, dia melafalkan nama itu dan muridmuridnya menirukannya secara kiasikal. Kemudian dia minta separuh kelas (sisi kanan) menirukan dan separuhnya lagi (sisi kin) mendengarkan, dan sebaliknya. Langkah mi diikuti pengecekan secara individual dengan minta 6 orang murid satu per satu menirukan pelafalan nama-nama binatang tersebut. Kegiatan terakhir menirukan dilakukan seluruh kelas. (Lafal guru sempurna).
Lalu guru berkata, “I like birds. I do not like cats. Do you like cats, Surti?” Surti diani. “Saya suka burung. Saya tidak suka kucing. Apakah kainu suka kucing, Surti?” “Tidak, Bu.” “Kamu, Tanto?” “Ya, Bu.” Lalu dia menuliskan di papan tulis kalimat 1. 1 like birds. I do not like cats; 2. Tanto likes cats; 3.Surti does not like cats. Lalu dia menerjemahkan empat kalimat dalam bahasa Indonesia. Murid-murid diminta menuliskan empat kalimat tersebut dalam bukunya dan dia berkeliling kelas untuk memeriksa apakah mereka benar dalam ejaan. Beberapa kali dia membantu murid yang salah ejaannya. Setelah selesai menulis, murid-murid diminta melihat papan tulis dan membuat dua kalimat sejenis dengan contoh nomor 1 dan 2 sesuai dengan binatang yang disukai dan tidak disukai. Lalu sekitar separuh kelas diminta maju sam per sam untukmembaca kalimatnya.

Guru membetulkan lafal yang salah. Karena waktu sudah habis, guru memberi PR dengan meminta setiap anak untuk menanyakan 10 teman, boleh teman sekelas atau kakak/adik kelas binatang apa yang mereka sukai dan tidak sukai di antara 10 binatang yang ada dalam daftar. Terakhir guru memberi salam perpisahan dengan mengucapkan,“Good bye,” dan dijawab oleh sebagian murid. Seperti dapat dilihat pada contoh guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi kegiatannya terbatas pada pembelajaran tentang lafal, dan terjemahan kata per kata, lalu membuat kalimat terpisah. Tampak bahwa siswa terlibat aktif, tetapi ditinjau dan sudut pandang pembelajaran bahasa komunikatif, proses pembelajaran tersebut belum baik karena belum melibatkan siswa dalam kegiatan menggunakan ungkapan-ungkapan yang dipelajani untuk berkomunikasi, misalnya lewat permainan dan bermain peran.

Data awal yang dicermati bersama oleh peneliti dan kolaboratornya dalam sua.sana terbuka di mana setiap peserta penelitian mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu sala rnasalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu, biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti bersama kolaboratornya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus pengajaran bahasa Inggris di atas, kualitas pembelajaran di kelas dianggap sebagai masalah yang perlu segera dipecahkan agar hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai, yaitu keterampilan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Setelah ditentukan,masalah perlu dirumuskan.

b. Perumusan masalah

Seperti telah disebutkan di atas, masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya.’3 Pada intinya, rumusan masalah hams mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. dalam rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan dan kesenjangan antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang hams diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dan pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses

2. Analisis Masalah.

Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitia. Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya, analisis sebab dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan mi dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang relevan.

Untuk mempertajam hasil analisis, peneliti dapat berusaha menjawab sebagian pertanyaan di bawah mi yang dianggap gayut dengan permasalahannya.

a. Apa hubungan antara individu dan kelompok dalam situasi mi?

b. Apa yang ditunjukkan oleh situasi mi tentang hubungan antara jati din individual dan budayanya?

c. Bagaimana situasi mi menunjukkan kerja hubungan antara nilai-nilai orang dan kepentingan din mereka?

d. Sejauh mana situasi mi dibentuk oleh kondisi objekt/ dan sejauh mana situasi dibentuk oleh kondisi subjektif (harapan, cam memahami dunia) orang-orang yang terlibat.

e. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang kekuatan, khususnya hubungan antara kendall dan perlawanan?

f. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pententangan dan perlembagaan?

g. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara agen manusia (kapasitas kemauan manusia) dan struktur sosial (kerangka kerja sosial) yang membentuk dan membatasi kapasitas untuk melaksanakan kemauan?

h. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara teori dan praktik?

i. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara proses dan produk?

j. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pendidikan dan masyarakat?

k. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara reproduksi dan transformasi?

l. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara stabilitas (atau kesinambungan sejarah) dan perubahan (atau keputusan sejarah)?

m. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara keadaan dan konsekuensi, atau tentang hubungan antara tujuan dan pencapaian?

Tentu saja peneliti mungkin dapat menjawab semua pertanyaan di atas atau menjawab semua pertanyaan secara menyeluruh. Namun daftar pertanyaan ini dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-gejala yang perlu diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin akan membuat peneliti merasa miskin pengetahuan tentang situasi yang akan diteliti sehingga mampu melihat kekurangan pada dirinya. Kemampuan untuk melihat kekurangan yang ada path dirinya adalah salah satu persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan itu sendiri.

3. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan.14 Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai

Dalam menimbang-nimbang berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dan sejawat atau orangorang yang peduli lainnya dan mencari ilham dan teorilhasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat.

Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka siswa akan meningkat kecepatan membacanya.”Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan mi temyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya.

Untuk melengkapi contoh hipotesis tindakan, berikut disajikan hipotesis tindakan suatu proyek penelitian tindakan yang dilaporkan oleh Elliott (1988). Guru tidak mungkin bergeser dan situasi formal kalau mereka menggunakan pendekatan terstruktur jangka pendek Yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur jangka pendek adalah pendekatan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat.

Penggunaan terstruktur jangka pendek cenderung menceburkan guru ke dalam salah satu dan dua dilema yang mungkin timbul. Pertama, ada kemungkinan bahwa siswa menggunakan alur penalaran yang berbeda dengan alur penalaran yang diinginkan oleh guru. Katakan misalnya, guru telah menentukan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan. Karena ada perbedaan alur penalaran antara dia dan siswanya, dia terpaksa mencapai tujuan itu dalam waktu yang lebih lama, atau dia hams mengendalikan penalaran siswa agar sama dengan alur penalarannya. Jika cam kedua yang dipilih, ketergantungan intelektual siswa path posisi orang yang berwenang pasti bertambah. Kedua, siswa mungkin sama sekali tidak dapat melakukan banyak penalaran. Lagi-lagi, agar mencapai tujuan dalam waktu yang ditentukan guru mungkin membimbing siswa ke arah tujuan itu dengan memberinya terlalu banyak petunjuk. Dalam situasi seperti itu kemungkinan besar siswa banyak menebak ke arah mana jawaban yang diinginkan oleh guru karena mereka tidak ingin terlalu menyimpang dan jawaban yang diinginkan oleh guru. Dengan demikian, siswa mulai kehilangan kemerdekaan penalarannya. Dengan kata lain, ketergantungan siswa kepada guru meningkat.

Untuk menghilangkan tebak-menebak dan bergeser dan sitiiasi formal ke situasi informal, guru mungkin harus menahan din untuk tidak melakukan hal-hal berikut:(1) Mengubah topic, guru mengubah topik yang sedang dibicarakan mungkin menghambat siswa dalam mengungkapkan dan mengembangkan gagasan-gagasannya sendiri karena siswa cenderung menafsirkan perubahan tersebut sebagai usaha untuk mendapatkan kesesuaian dengan alur penalaran tertentu. (2) Penguatan positif, ungkapan tanggapan positif yang terlalu mantap, seperti ‘bagus’, ‘menarik’, dan ‘betul’ sebagai tanggapan terhadap gagasan tertentu yang diungkapkan siswa dapat menghalangi pengungkapan dan pembahasan gagasan-gagasan yang lain karena siswa cenderung menafsirkan penguatan tersebut sebagai usaha untuk mengesahkan pengembangan gagasan tertentu saja, dan menutup kemungkinan pengembangan gagasan-gagasan yang lain. (3) Pengajuan pertanyaan kritis secara selektif, guru yang mengajukan pertanyaan yang kritis kepada siswa-siswa tertentu saja dan bukan kepada siswa-siswa lainnya mungkin menghalangi kelompok siswa pertama untuk mengembangkan gagasan-gagasannya karena pertanyaan demikian cenderung ditafsirkan sebagai evaluasi negatif terhadap gagasangagasan yang diungkapkan. (4) Pertanyaan dan pernyataan yang mengarah, pertanyaan dan pemyataan yang mengandung informasi tentang jawaban yang diinginkan guru mungkin menghalangi siswa untuk mengembangkan gagasangagasan sendiri karena mereka cenderung menafsirkan tindakan demikian sebanai usaha menahambat atau membata.si arah pemikiran mereka. (5) Mengundang kesepakatan bulat, guru menanggapi gagasan-gagasan siswa dengan pertanyaan seperti ‘Apakah kalian semua setuju?’ atau ‘Apakah ada yang tidak setuju?’ cenderung menghalangi pengungkapan keragaman pikiran atau pendapat. (6) Urutan pertanyaanl jawaban, guru yang selalu mengajukan pertanyaan setelah mendengar jawaban siswa terhadap pertanyaan sebelumnya mungkin menghalangi siswa untuk mengemukakan gagasan-gagasan mereka sendiri karena siswa mungkin menafsirkan pola demikian sebagai usaha untuk mengendalikan masukan dan urutan gagasan. (7) Mengendalikan informasi factual, guru yang menyampaikan informasi faktual secara pribadi, apakah secara lisan atau tertulis, mungkin menghalangi siswa untuk mengevaluasinya karena siswa cenderung menafsirkan intervensi demikian sebagai usaha untuk membuat mereka menerima kebenaran. (8) Tidak meminta evaluasi, guru yang tidak meminta siswanya untuk mengevaluasi informasi yang mereka pelajari mungkin menghalangi mereka untuk mengritik karena siswa cenderung menafsirkan situasi tersebut sebagai hal yang melarang adanya kritik.

Guru yang menggunakan pendekatan terstruktur jangka panjang dalam konteks di mana siswa secara psikologis bergantung kepada guru lebih kecil kemungkinannya untuk bergeser dan situasi formal dibandingkan dengan guru yang menggunakan pendekatan tak terstruktur. Ketika siswa sangat bergantung kepada guru secara psikologis, guru mungkin dapat mengurangi ketergantungan tersebut dengan jalan meyakinkan bahwa mereka tidak dapat mendapatkan jawaban daripadanya. Pertanda apa pun yang menunjukkan digunakannya pendekatan terstruktur, meskipun dalam jangka panjang, mendorong mereka untuk menghabiskan tenaganya untuk medapatkan jawaban clan gurunya. Tentu saja, guru dapat berusaha meyakinkan siswanya bahwa dia tidak memiliki jawaban yang diinginkan, tetapi mungkin cara yang baik adalah mengusahakan mencapai tujuan-tujuan yang tak terstruktur sebingga siswa lebih leluasa dalam mengembangkan gagasan-gagasan mereka untuk sampai path jawaban yang diinginkan.

F. PENUTUP

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian dan berbagai jenis penelitian yang ada seperti penelitian deskriptif dan eksperimen. Namun, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian paling tepat dan strategis untuk perbaikan proses dan hasil pembelajaran.

Oleh karena itu, jenis penelitian ini tepat untuk dipahami dan di aplikasikan dalam mengatasi masalah pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dengan membiasakan diri merespons permasalahan aktual yang muncul dilingkungan pendidikan terutama pembelajaran, dan usaha untuk mengatasinya, niscaya akan mampu mengatasi problematika dalam proses pembelajaran.



[1] Suharjono,Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, Dalam Suharsimi,Ppenelitian Tindakan Kelas, dalam PTK, (Jakarta: Bumi Aksara,2007).

[2] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai Pengembangan profesi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)

[3] Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, dalam PTK, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)

[4] Ibid.

[5] Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995),h. 1060

[6] http://www.last modified.go.id, akses pada Senin 9 April2008, Jam 11.39 Wib

[7] Suharsismi Arikunto, op.cit

[8] Suharsimi Arikunto, op.cit

[9] http://pakguruonhine.pendidikan penelitian tinclakan kelas.html, akses pada Senin 9 April
2008, Jam 11.39 Wib

[10] Supardi, Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporan, dalam PTK (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

[11] http://pakguruonline.penelitian.net./penelitian tindakan kelas html, akses pada Senin 9 April,
2008, Jam 11.30 Wib

[12] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007),.

[13] Sugiyono, Memahami Penelitian KualiratJ (Bandung: Alfabeta, 2007),

[14] Suharjono, op.cit.,

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(Classroom Action Research)

Oleh;Riwayat Attubani

A. PENDAHULUAN

Dalam standar pendidikan nasional tahun 2005, sepuluh kompetensi tersebut disempumakan menjadi empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, profesional, kependidikan, dan sosial. Penyempurnaan tersebut dilakukan karena ada pengamatan praktik keseharian terkesan bahwa dalam mengajar, guru cenderung mengutamakan mengajar secara mekanistis. Diantara butir kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka meningkatkan profesional guru, dengan meningkatnya profesional guru diharapkan memperbaiki mutu pendidikan. Pada dasarnya ada beberapa penelitian sederhana yang dapat dilakukan oleh guru, seperti penelitian deskriptif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Diantara penelitian yang lebih diperlukan dalam pembelajaran adalah penelitian tindakan, karena penelitian ini berhubungan lansung dengan pembelajaran. Arah dan tujuan penelitian tindakan kelas sudah jelas, yaitu untuk kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Namun demikian, ada hal yang perlu dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi mengandung satu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar peningkatan hasil. Jika penelitian tidak memberi kontrubusi terhadap peningkatan perbaikan dalam pembelajaran, berarti ada kemungkinan penelitian yang dilakukan oleh guru tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan prinsi-prinsip penelitian tindakan.


B. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Suharjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas praktik pembelajaran.[1] Dari pendapat Suharjono tersebut dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha kegiatan penelitian yang dilakukan guru untuk mencari solusi terhadap permasalah yang ditemui dalam proses pembelajaran. Menurut Para Pakar[2] penelitian tindakan kelas adalh sebagai berikut: Kurt Lewin menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Kemmis dan MC Taggart, menyatakan penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik social atau pendidikan yang mereka lakukan.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di kelas secara bersama.[3] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa penelitian adalah usaha sadar untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di suatu kelas secara bersama. Penelitian tersebut dilakukan guru di terhadap siswanya.

Penelitian tindakan kelas sudah dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris adalah Clsroom Action Research (CAR). Untuk mengartikan penelitian tindakan kelas kita dapat melihat dan tiga kata yaitu penelitian, tindakan dan kelas.

1. Penelitian, menunjukkan suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan muta suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.[4]

2. tindakan, suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu[5] Dalam penelitian berbentuk rangkaian sikius kegiatan untuk siswa.kelas adalah ruangan tempat berlansung proses belajar mengajar.

3. Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan guru yang sama pula.

4. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruangan kelas, tetapi dimana saja, yang terpenting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwanya bisa di labor, di perpustakaan, dan lain sebagainya. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian (2) tindakan, dan (3) kelas. Maka dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dan guru yang dilakukan oleh siswa.

Kesalahan umum yang terdapat dalam penelitian tindakan guru adalah penonjolkan tindakan yang dilakukan sendiri, misalnya guru memberikan tugas kelompok kepada siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang pas. Seharusnya guru menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa mengamati proses mencaimya es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci terbuka, atau di dalam gelas. Juga juga diminta membandingkan dan mencatat hasilnya. Dengan kata lain, guru melaporkan berlansungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang teijadi, mengamati hash dan proses, mengadakan pencatatan hasil, mendiskusikan dengan teman kelompoknya, melaporkan di depan kelas dan sebagainya. Sekali lagi, yang dilaporkan oleh guru dalam penelitian tindaakan kelas adalah segala hal yang dilakukan oleh siswa, bukan yang dilakukan oleh guru.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat diartikan suatu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memeahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.[6] Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinermelaksanikan PTK di kelas masing-masing clan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

C. PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN

Agar penelitian memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik dan benar tentang penelitisn tindakan, maka perlu kiranya memahami berbagai prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan. Pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas akan membantu penelitian tindakan kelas menjadi bermutu. Di sisi lain peneliti akan mudah dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Diantara prinsip-prinsip penelitian tindakan[7] adalah:

1. Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin tanpa ada kesan mengganggu kegiatan yang selama ini telah dilakukan. Dengan adanya penelitian tindakan tanpa mengubah kerja rutinitas maka, dimungkinkan hasilnya akan baik, tetapi jika suasan arutin diganti dengan waktu atau suasan yang lain maka penelitian dikeragui akan berhasil dengan baik. Artinya adalah penelitian tindakan kelas tidak perlu membutuhkan waktu khusus, karena hal itu akan menganggu proses pembelajaran yang sudah dilakukan secara rutin,di sisi lain, kalau sampai terjadi guru melakukan penelitian tindakan berulang-ulang maka akan menggangggu dan merepotkan kepala sekolah. Penelitian tindakan kelas hendaknya berhubungan dengan profesinya sebagai seorang guru. Jika penelitian tindakan kelas dilakukan oleh Kepala Sekolah, maka penelitiannya hendaknya berhubungan dengan pengawasan

2. Adanya kesadaran Diri Untuk Memperbaiki Kinerja.

Penelitian tindakan kelas hendaknya didasari keinginan untuk sesuatu yang lebih baik. Penelitian yang akan dilakukan hendaknya mempunyai arah dan tujuan yang pasti terutama dalam upaya memperbaiki kenarja dalam pembelajaran. Dan upaya untuk menuju yang lebih baik hendaknya dilakukan secara terus menerus. Di sisi lain, penelitian tindakan kelas hendaknya dilakukan tanpa u hnsur paksaan, atau terpaksa melakukan penelitian tersebut. Artinya adalah dalam melakukan penelitian tindakan kelas, guru menyadari ada kekurangan dalam dirinya.

3. SWOT Sebagai Dasar Berpijak

Penelitian tindakan kelas hendaknya dimulai dengan melakukan analisis SWOT, analisis SWOT adalah kekuatan (Stenght), Weaknesses (kelemahan), Kesempatan (Oportunity), ancaman(Threat), empat hal tersebut (SWOT), dilihat pada guru yang akan melakukan penelitian, dan siswa sebagai obyek penelitian. Dari prinsip tersebut dapat dipahami bahwa dalam penelitian tindakan hendak dilakukan jika ada kesepahaman, atau sejalan dengan kondisi guru dan keadaan siswa.

4. Upaya Empiris Sistematis

Prinsip ini adalah aplikasi dari prinsip SWOT, jika seorang guru telah melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya mengikuti prinsip-prinsip dan sistemik, empiric. Di samping itu guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penelitian tindakan.selain itu, peneliti hendaknya memahami pembelajaran sebagai sebuah system, sehingga akan mempudah dalam proses keterkaitan antara prinsip-prinsip, mepiris dan sistemik berhubungan dengan keseluruhan system.

5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan

Smart adalah kata dalam bahasa Inggris ang artinya cerdas, tetapi dari kata Smart mempunyai arti sebagai berikut, spesifik, khusus tidak terlalu umum. Managable, artinya dapat dikelola, dan dilakukan. Acceptable, dapat diterima oleh lingkungan, Achievable, artinya dapat dicapai, realistic, operasional dan tidak keluar dari jangkauan. Time bound, diikat oleh waktu dan tempat. Kelima prinsip tersebut hendaknya menjadi perhatian guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas

D. SASARAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Pada bagian ini akan dikemukakan sasaran yang dijadikan dalam penelitian tindakan kelas. Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan kelas sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa sasaran dalam penelitian tindakan kelas adalah segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas, yang dimaksud dengan kelas dalam penelitian tindakan kelas, tidak sama dengan kelas yang dipahami banyak orang. Kelas dalam penelitian tindakan adalah sekelompok siswa yang sedang belajar. Untuk mengetahui sasaran penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu kita harus mengetahui segala komponen yang ada dalam sebuah kelas. Secara garis besar komponen yang ada dalam sebuah kelas adalah: siswa, guru yang sedang mengajar, materi pelajaran, peralatan yang dipergunakan, lingkungan pembelajaran, pengaturan yang dilakukan oleh pimpinan, clan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu penelitian tindakan kelas dilakukan tidak harus ketika proses belajar sedang berlansung, karena yang yang dimaksud dengan kelas bukan ruangan tetapi siswa.. Yang menjadi sasaran penelitian tindakan kelas merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. siswa dapat dijadikan sasaran penelitian tindakan kelas ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran baik di kelas maupun di tempat lain. Siswa juga bisa dijadikan objek penelitian tindakan kelas ketika menegerjakan pekerjaan rumah dan pekeijaan lain yang berhubungan dengan pelajaran. guru dapat dijadikan objek penelitian tindakan kelas apabila guru sedang mengajar, terutama cara guru memberikan bantuan kepada siswa, ketika membimbing siswa thiam segala hal. materi pelajaran dapat dicermati yang tertuang dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam rencana tahunan, rencana semesteran, dan analisis.[8]

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Perkembangan masyarakat dan tuntutan pendidikan yang berkualitas begitu cepat. Akibatnya, tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik pun harus meningkat lebih cepat. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di kelas. Dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Agar tujan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Diantara tujuan PTK sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

2. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.

3. Meningkatkan dan memperkuat kernampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

4. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

5. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mum pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

6. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.[9]

Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan altematif yang telah direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan altematif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh poendidik atau tidak. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional tenaga kependidikan dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dapat tercapai dengan penelitian kelas yaitu terjadinya proses latihan dalam jabatan dan pemberian layanan pelajaran yang akurat. Dengan demikian, akan lebih banyak terlatih untuk mengaplikasikan berbagai tindakan altematif sebagai upaya meningkatkan layanan pembelajaran dan perolehan pengetahuan umum dalam dunia pendidikan yang dapat diaplikasikan. Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:

1. perhatian dan peningkatan kualitas isi, masukkan, proses, dan hasil pembelajaran.

2. menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktifmencari solusi akan permasalahan pembelajaran.

3. menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran.

4. meningkatkan kalaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktif pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan mendapatkan ilmu yang baru dan penelitian tindakan yang dilakukannya. Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dan beberapa komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain mencakup: inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum dalam tingkat regional dan tidak menutup kemungkinan dalam tingkat nasional, peningkatan profesional pendidik.[10] Dengan memahami dan mencoba pelaksanaan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidik dan akan menambah mutu pendidikan.

G. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti diantaranya adalah: (1) mengiclentifikasi dan merumuskan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan hipotesis tindakan; (4) membuat rencana tindakan dan pemantauannya; (5) melaksanakan tinclakan dan mengamatinya; (6) mengolah dan menafsirkan data; dan (7) melaporkan. Secara alami, langkah-langkah itu basanya tidak terjadi dalam alur yang lurus.[11] Apabila teijadi perubahan masalah pada waktu dilakukan analisis masalah, maka diperlukan identifikasi masalah yang baru. Data diperlukan untuk memfokuskan masalahnya dengan mengidentifikasi faktor penyebab, dalam menentukan hipotesis tindakan, dalam evaluasi dan sebagainya.

1. Identifikasi dan Perumusan masalah.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, PTK dilakukan untuk mengubah perilaku guru sendiri, perilaku sejawat dan siswa, atau mengubah kerangka kerja, proses pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku guru dan sejawat serta peserta didik. Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran. Contoh-contoh bidang garapan PTK: (1) metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan, (2) strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar, (3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyulotentik, (4) penanaman atau perubahan si/cap dan nilai mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5) pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diii, (6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku, (7) administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dan administrasi sekolah.[12]

a. Identifikasi masalah

Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah mi merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti hams dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalah dalam penelitian tindakan dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masalah penelitian tindakan berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.

Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah penelitian: (a) Masalah tindakan hams penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dan segi pengembangan lembaga atau program, (b) Masalahpenelitian hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dan pihak para peneliti dan waktunya terlalu lama, (c) Pernyataan masalah penelitian harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental mi daripada berdasarkan fenomena dangkal.”[13] Berikut mi beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan knitis di kalangan mahasiswa; (2) rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dan tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas[14]. Untuk Iebih jelas berikut diberikan contoh dalam mengidentifikasi masalah:

Ketika guru masuk kelas, pada jam 7 pagi, 5 Agustus 2002, munid-murid kelas
IV SD itu sangat ribut. Beberapa mondar-mandir di depan kelas, beberapa berkelakar, dan yang lain bercakap-cakap satu sama lainnya. Sadar gurunya sudah datang mereka terdiam dan mencari meja masing-masing. Mereka lalu duduk manis, tangan cli meja., dengan tangan kanan menumpangi tangan kin. Guru memberi salain, “Good morning, children.” Murid-murid menjawab, “Good morning, Mam.” “Is anybody absent?” Tidak ada yang menjawab. Lalu dia mengulangi pertanyaan dalam bahasa Indonesia, “Ada yang tidak masuk?” Mereka saling berpandangan sebentar. “Tidak ada, Bu,” kata Sutanto, ketua kelasnya. “Bagus. Hail mi kalian akan belajar nama-nama binatang. Kalian sudah siap?” “Sudah, Bu,” jawab murid-murid serentak. “Good. Prepare your pens and notebooks. Copy the words from the board.” Tidak ada yang menanggapi. “Kalian mengerti maksud Ibu?” “Tidak, Bu,” jawab murid-murid serentak. Guru lalu menyampaikan pesan yang sama dalam bahasa Indonesia.
Sementara murid-murid menyiapkan buku dan pena mereka, guru menulis 15 nama binatang dalam bahasa Indonesia di papan tulis, berderet ke bawah. Setelah selesai, dia berkeliling kelas melihat-lihat apakah murid-muridnya menulisnya dengan benar ejaannya. Kadang dia berhenti untuk membantu murid yang mengalami kesulitan.
Setelah murid-murid selesai menuliskan ke- 15 nama binatang tersebut, dia meminta anak-anak melihat papan tulis. “Siapa yang tahu bahasa Inggrisnya nama binatang-binatang mi?” Sutanto tunjuk jan. “Bagaimana yang lain?” Tidak ada yang menanggapi. “Baiklah. Apa yang kamu ketahui, Susanto?” “Saya tahu dua saja, Bu. Kucing disebut /tfatl (diucapkan seperti kalau membaca bahasa Indonesia) dan sapi /t.fow/” “Coba kamu tulis dua nama itu di samping naina bahasa Indonesia di papan tulis itu,” pinta gurunya. “Bagus. Tetapi membacanya tidak begitu.” Dia memberikan contoh melafalkan kedua nama tersebut secara benar dan minta murid-murid untuk menirukan bersamasama. Kemudian dia melengkapi nama-nama 15 binatang dalam bahasa Inggris. Kemudian dia mengambil alat penunjuk dan minta murid-murid untuk menirukan guru.

Dengan menunjukkan alat itu ke nama-nama bahasa Inggris binatang di papan tulis satu per satu, dia melafalkan nama itu dan muridmuridnya menirukannya secara kiasikal. Kemudian dia minta separuh kelas (sisi kanan) menirukan dan separuhnya lagi (sisi kin) mendengarkan, dan sebaliknya. Langkah mi diikuti pengecekan secara individual dengan minta 6 orang murid satu per satu menirukan pelafalan nama-nama binatang tersebut. Kegiatan terakhir menirukan dilakukan seluruh kelas. (Lafal guru sempurna).
Lalu guru berkata, “I like birds. I do not like cats. Do you like cats, Surti?” Surti diani. “Saya suka burung. Saya tidak suka kucing. Apakah kainu suka kucing, Surti?” “Tidak, Bu.” “Kamu, Tanto?” “Ya, Bu.” Lalu dia menuliskan di papan tulis kalimat 1. 1 like birds. I do not like cats; 2. Tanto likes cats; 3.Surti does not like cats. Lalu dia menerjemahkan empat kalimat dalam bahasa Indonesia. Murid-murid diminta menuliskan empat kalimat tersebut dalam bukunya dan dia berkeliling kelas untuk memeriksa apakah mereka benar dalam ejaan. Beberapa kali dia membantu murid yang salah ejaannya. Setelah selesai menulis, murid-murid diminta melihat papan tulis dan membuat dua kalimat sejenis dengan contoh nomor 1 dan 2 sesuai dengan binatang yang disukai dan tidak disukai. Lalu sekitar separuh kelas diminta maju sam per sam untukmembaca kalimatnya.

Guru membetulkan lafal yang salah. Karena waktu sudah habis, guru memberi PR dengan meminta setiap anak untuk menanyakan 10 teman, boleh teman sekelas atau kakak/adik kelas binatang apa yang mereka sukai dan tidak sukai di antara 10 binatang yang ada dalam daftar. Terakhir guru memberi salam perpisahan dengan mengucapkan,“Good bye,” dan dijawab oleh sebagian murid. Seperti dapat dilihat pada contoh guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi kegiatannya terbatas pada pembelajaran tentang lafal, dan terjemahan kata per kata, lalu membuat kalimat terpisah. Tampak bahwa siswa terlibat aktif, tetapi ditinjau dan sudut pandang pembelajaran bahasa komunikatif, proses pembelajaran tersebut belum baik karena belum melibatkan siswa dalam kegiatan menggunakan ungkapan-ungkapan yang dipelajani untuk berkomunikasi, misalnya lewat permainan dan bermain peran.

Data awal yang dicermati bersama oleh peneliti dan kolaboratornya dalam sua.sana terbuka di mana setiap peserta penelitian mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu sala rnasalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu, biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti bersama kolaboratornya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus pengajaran bahasa Inggris di atas, kualitas pembelajaran di kelas dianggap sebagai masalah yang perlu segera dipecahkan agar hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai, yaitu keterampilan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Setelah ditentukan,masalah perlu dirumuskan.

b. Perumusan masalah

Seperti telah disebutkan di atas, masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya.’3 Pada intinya, rumusan masalah hams mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. dalam rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan dan kesenjangan antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang hams diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dan pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses

2. Analisis Masalah.

Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitia. Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya, analisis sebab dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan mi dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang relevan.

Untuk mempertajam hasil analisis, peneliti dapat berusaha menjawab sebagian pertanyaan di bawah mi yang dianggap gayut dengan permasalahannya.

a. Apa hubungan antara individu dan kelompok dalam situasi mi?

b. Apa yang ditunjukkan oleh situasi mi tentang hubungan antara jati din individual dan budayanya?

c. Bagaimana situasi mi menunjukkan kerja hubungan antara nilai-nilai orang dan kepentingan din mereka?

d. Sejauh mana situasi mi dibentuk oleh kondisi objekt/ dan sejauh mana situasi dibentuk oleh kondisi subjektif (harapan, cam memahami dunia) orang-orang yang terlibat.

e. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang kekuatan, khususnya hubungan antara kendall dan perlawanan?

f. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pententangan dan perlembagaan?

g. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara agen manusia (kapasitas kemauan manusia) dan struktur sosial (kerangka kerja sosial) yang membentuk dan membatasi kapasitas untuk melaksanakan kemauan?

h. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara teori dan praktik?

i. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara proses dan produk?

j. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara pendidikan dan masyarakat?

k. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara reproduksi dan transformasi?

l. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara stabilitas (atau kesinambungan sejarah) dan perubahan (atau keputusan sejarah)?

m. Apa yang ditunjukkan oleh situasi ini tentang hubungan antara keadaan dan konsekuensi, atau tentang hubungan antara tujuan dan pencapaian?

Tentu saja peneliti mungkin dapat menjawab semua pertanyaan di atas atau menjawab semua pertanyaan secara menyeluruh. Namun daftar pertanyaan ini dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-gejala yang perlu diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin akan membuat peneliti merasa miskin pengetahuan tentang situasi yang akan diteliti sehingga mampu melihat kekurangan pada dirinya. Kemampuan untuk melihat kekurangan yang ada path dirinya adalah salah satu persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan itu sendiri.

3. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan.14 Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai

Dalam menimbang-nimbang berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dan sejawat atau orangorang yang peduli lainnya dan mencari ilham dan teorilhasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat.

Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka siswa akan meningkat kecepatan membacanya.”Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan mi temyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya.

Untuk melengkapi contoh hipotesis tindakan, berikut disajikan hipotesis tindakan suatu proyek penelitian tindakan yang dilaporkan oleh Elliott (1988). Guru tidak mungkin bergeser dan situasi formal kalau mereka menggunakan pendekatan terstruktur jangka pendek Yang dimaksud dengan pendekatan terstruktur jangka pendek adalah pendekatan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat.

Penggunaan terstruktur jangka pendek cenderung menceburkan guru ke dalam salah satu dan dua dilema yang mungkin timbul. Pertama, ada kemungkinan bahwa siswa menggunakan alur penalaran yang berbeda dengan alur penalaran yang diinginkan oleh guru. Katakan misalnya, guru telah menentukan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan. Karena ada perbedaan alur penalaran antara dia dan siswanya, dia terpaksa mencapai tujuan itu dalam waktu yang lebih lama, atau dia hams mengendalikan penalaran siswa agar sama dengan alur penalarannya. Jika cam kedua yang dipilih, ketergantungan intelektual siswa path posisi orang yang berwenang pasti bertambah. Kedua, siswa mungkin sama sekali tidak dapat melakukan banyak penalaran. Lagi-lagi, agar mencapai tujuan dalam waktu yang ditentukan guru mungkin membimbing siswa ke arah tujuan itu dengan memberinya terlalu banyak petunjuk. Dalam situasi seperti itu kemungkinan besar siswa banyak menebak ke arah mana jawaban yang diinginkan oleh guru karena mereka tidak ingin terlalu menyimpang dan jawaban yang diinginkan oleh guru. Dengan demikian, siswa mulai kehilangan kemerdekaan penalarannya. Dengan kata lain, ketergantungan siswa kepada guru meningkat.

Untuk menghilangkan tebak-menebak dan bergeser dan sitiiasi formal ke situasi informal, guru mungkin harus menahan din untuk tidak melakukan hal-hal berikut:(1) Mengubah topic, guru mengubah topik yang sedang dibicarakan mungkin menghambat siswa dalam mengungkapkan dan mengembangkan gagasan-gagasannya sendiri karena siswa cenderung menafsirkan perubahan tersebut sebagai usaha untuk mendapatkan kesesuaian dengan alur penalaran tertentu. (2) Penguatan positif, ungkapan tanggapan positif yang terlalu mantap, seperti ‘bagus’, ‘menarik’, dan ‘betul’ sebagai tanggapan terhadap gagasan tertentu yang diungkapkan siswa dapat menghalangi pengungkapan dan pembahasan gagasan-gagasan yang lain karena siswa cenderung menafsirkan penguatan tersebut sebagai usaha untuk mengesahkan pengembangan gagasan tertentu saja, dan menutup kemungkinan pengembangan gagasan-gagasan yang lain. (3) Pengajuan pertanyaan kritis secara selektif, guru yang mengajukan pertanyaan yang kritis kepada siswa-siswa tertentu saja dan bukan kepada siswa-siswa lainnya mungkin menghalangi kelompok siswa pertama untuk mengembangkan gagasan-gagasannya karena pertanyaan demikian cenderung ditafsirkan sebagai evaluasi negatif terhadap gagasangagasan yang diungkapkan. (4) Pertanyaan dan pernyataan yang mengarah, pertanyaan dan pemyataan yang mengandung informasi tentang jawaban yang diinginkan guru mungkin menghalangi siswa untuk mengembangkan gagasangagasan sendiri karena mereka cenderung menafsirkan tindakan demikian sebanai usaha menahambat atau membata.si arah pemikiran mereka. (5) Mengundang kesepakatan bulat, guru menanggapi gagasan-gagasan siswa dengan pertanyaan seperti ‘Apakah kalian semua setuju?’ atau ‘Apakah ada yang tidak setuju?’ cenderung menghalangi pengungkapan keragaman pikiran atau pendapat. (6) Urutan pertanyaanl jawaban, guru yang selalu mengajukan pertanyaan setelah mendengar jawaban siswa terhadap pertanyaan sebelumnya mungkin menghalangi siswa untuk mengemukakan gagasan-gagasan mereka sendiri karena siswa mungkin menafsirkan pola demikian sebagai usaha untuk mengendalikan masukan dan urutan gagasan. (7) Mengendalikan informasi factual, guru yang menyampaikan informasi faktual secara pribadi, apakah secara lisan atau tertulis, mungkin menghalangi siswa untuk mengevaluasinya karena siswa cenderung menafsirkan intervensi demikian sebagai usaha untuk membuat mereka menerima kebenaran. (8) Tidak meminta evaluasi, guru yang tidak meminta siswanya untuk mengevaluasi informasi yang mereka pelajari mungkin menghalangi mereka untuk mengritik karena siswa cenderung menafsirkan situasi tersebut sebagai hal yang melarang adanya kritik.

Guru yang menggunakan pendekatan terstruktur jangka panjang dalam konteks di mana siswa secara psikologis bergantung kepada guru lebih kecil kemungkinannya untuk bergeser dan situasi formal dibandingkan dengan guru yang menggunakan pendekatan tak terstruktur. Ketika siswa sangat bergantung kepada guru secara psikologis, guru mungkin dapat mengurangi ketergantungan tersebut dengan jalan meyakinkan bahwa mereka tidak dapat mendapatkan jawaban daripadanya. Pertanda apa pun yang menunjukkan digunakannya pendekatan terstruktur, meskipun dalam jangka panjang, mendorong mereka untuk menghabiskan tenaganya untuk medapatkan jawaban clan gurunya. Tentu saja, guru dapat berusaha meyakinkan siswanya bahwa dia tidak memiliki jawaban yang diinginkan, tetapi mungkin cara yang baik adalah mengusahakan mencapai tujuan-tujuan yang tak terstruktur sebingga siswa lebih leluasa dalam mengembangkan gagasan-gagasan mereka untuk sampai path jawaban yang diinginkan.

F. PENUTUP

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian dan berbagai jenis penelitian yang ada seperti penelitian deskriptif dan eksperimen. Namun, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian paling tepat dan strategis untuk perbaikan proses dan hasil pembelajaran.

Oleh karena itu, jenis penelitian ini tepat untuk dipahami dan di aplikasikan dalam mengatasi masalah pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dengan membiasakan diri merespons permasalahan aktual yang muncul dilingkungan pendidikan terutama pembelajaran, dan usaha untuk mengatasinya, niscaya akan mampu mengatasi problematika dalam proses pembelajaran.



[1] Suharjono,Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, Dalam Suharsimi,Ppenelitian Tindakan Kelas, dalam PTK, (Jakarta: Bumi Aksara,2007).

[2] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai Pengembangan profesi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)

[3] Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, dalam PTK, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)

[4] Ibid.

[5] Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995),h. 1060

[6] http://www.last modified.go.id, akses pada Senin 9 April2008, Jam 11.39 Wib

[7] Suharsismi Arikunto, op.cit

[8] Suharsimi Arikunto, op.cit

[9] http://pakguruonhine.pendidikan penelitian tinclakan kelas.html, akses pada Senin 9 April
2008, Jam 11.39 Wib

[10] Supardi, Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporan, dalam PTK (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

[11] http://pakguruonline.penelitian.net./penelitian tindakan kelas html, akses pada Senin 9 April,
2008, Jam 11.30 Wib

[12] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007),.

[13] Sugiyono, Memahami Penelitian KualiratJ (Bandung: Alfabeta, 2007),

[14] Suharjono, op.cit.,