BLOG RIWAYAT ATTUBANI(RIWATT) tentang Pendidikan, Tafsir, Artikel, Puisi, Motivasi, AlQuran dan Hadis

06 December 2008

Tasauf, Psikologi Dan Agama Islam

By: Riwayat attubani
Apakah ada hubungan antara tasauf dan Islam? Sebuah pertanyaan yang harsu dicari jawabannya. Yang pasti orang yang masuk di dunia tasauf adalah orang-oarang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Karena pada dasarnya orang yang bertasauf akan selalu berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah. Dalam hidupnya hanya ada satu tujuan yaitu untuk Allah semata tidak untuk yang lain. Tidaklah mungkin seseorang yang bertasauf akan baik tanpa mengikuti panutan utama yaitu Rasulullah Saw. Sebab hanya Rasul Saw yang harus dijadikan sebagai teladan. Mereka para sufai selalu mencintai Rasul Saw. Karena hanya beliaulah yang pantas menjadi panutan, karena beliaulah yang paling taat kepada Allah:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab:21).
Dari ayat tersebut memberi gambaran bahwa pada diri Rasul Saw ada teladan dan panutan dalam segala hal. Dengan demikian jika ingin bertasauf maka teladan ibadah adalah hanya kepada Rasul Saw. Dengan demikian jika ada seseorang yang mengaku seorang sufi, tetapi ibadahnya tidak meniru dan tidak sesuai dengan yang dilakukan Nabi maka ketasaufannya dikeragui.
Nah yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ketika seseorang sudah mengikuti Rasul Saw dalam beribadah maka secara lamgsung ia akan dianggap sebagai seorang sufi islami? Mungkin sebagian orang akan menyatakan da setuju bahwa tasauf yang is lakukan sudah sesuai dengan Islam, dengan alasan telah mengikuti ibadah yang dilakukan Oleh Rasul Saw. Kalau memang benar ada hubungan antara tasauf dengan Islam, lalu hubungan seperti apa? Apakah dengan mengikuti ajaan dan ibadah nabi sudah dianggap seorang suf dan sufi itu sendiri telah ada hubungan dengan Islam? Dengan argumen bahwa ia telah melakukan ajaran islam? Kemudian timbul pertanyaan, apakah ada dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa ada ajaran tasauf? Atau setidaknya ada semacam sinyal yang menyiratkan kemungkinan bertasauf itu ada dalam Al-Quran?
Sebelum samapi kepada ayat-Al-Quran mungkin ada beberapa penyelasalan yang perlu diungkap di sini, ketika seorang sufai telah samapi pada tingkat merasakan kehadiran Allah, atau ada seorang sufi yang menyatakan bahwa mereka telah sampai pada pendapat al-hulul, ittihad lalu mereka telah menyatu dengan Allah, Allah dapat dinikmati dimanapun. Dan kalau dicemati dalam Al-Quran ada ayat yang menyatakan bahwa kemana pun seseorang menghadap maka dia akan mnemukan wajah Allah:
dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Disiplin tasauf tazkiyah an-nafs atau penyucian jiwa, dari kecenderungan buruk, tercela dan hewani serta mengiasi diri dengan sifat terpuji tasfiyah al-Qalb atau penyucian kalbu, menyucikn diri dari kecintaan terhadap kenikmatan duniawi, dan memantapkan kecintaan kepada Allah. Takhalliyah adalah pengososngan jiwa dari segala pikiran yang dapat mengalihkan perhatian dari zikir atau ingat kepada Allah. Tajalliyah ar-Ruh atau pencerahan Ruh, ini berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cinta-Nya.
Maka tidak heran jika antara psikologi, tasauf dan agamsalaing berhubungan, dalam arti melakukan ritual ibadah akan berpengaruh terhadap jiwa seseorang,pengaruh terhadap jiw atersebut yang memasuki ranah psikologi. Demikian juga denganaktifitas dalam tasauf, kesemua aktifitas dalam tasauf erat kaitannya dengan pembangunan rohani, pembangunan jiwa. Maka dengan demikian jelaslah bahwa secara psiologis dan agamis tasauf merupakan bagian dari aktifitas bersifat psikis,dan dengan demikian maka psikologi tasauf merupakan sesuatu yang harus diterima dan diakui keberadaannya.
F. Tingkatan dan Latihan Yang Harus dilalui Oleh Para Sufi
Dalam bukunya Mustafa Zahri menyatakan bahwa para sufi dalam latihan rohani dan tingkatan-tingkatan yang harus dilalui,
1. takhalli yaitu membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Di antaraa yang mengotori jiwa adalah hasad/iri hati, dengki, buruk sangka, riya, ujub, kikir, pemarah, dusta. Termasuk membuat kerusakan terhadap diri dan orang lain. Ketika seseorang telah bersih hatinya maka tersingkaplah tabir yang membatas dirinya dengan Tuha.
2. tahalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji. Sifat-sifat terpuji menurut Al-Ghazali di antaranya adalah tobat, khauf, ikhlas, zuhud,sabar, perasaan cinta kepada Allah, sealu mengingat mati.
3. tajalli, diartikan oleh Mustafa Zahri dengan kenyataan Tuhan. Ketika para sufi sampai pada tahap ini maka ia akan mendapatkan pancaran cahaya dari Tuhan. Pada tingkatan ini hati para sufi bersinar, dadanya terbuka luas, terangkatnya tabir rahasia malakut, maka pada saat itu makin jelaslalh hakekat ketuhanan yang selama ini terhijab.
Ada juga yang membagi fase tasauf sebagai berikut, fase takhliyyah (pembersihan), fase tahliyyah(penghiasan), fase fana(ketidakkekalan), dalam hal ini para sufi akan melewai fase tersebut secara bertahap. Memasuki dunia tasauf tidak akan lepas dari tiga hal tersebut, dengan melalui tingkatan tersebut seseorang akan mencapai ma’rifah. Dalam arti kaum sufi telah mencapai gnosis, yaitu tidak ada hijab antara hamba dengan Tuhan-Nya.

No comments:

Featured Post

Azyumardi Azra Dibawa ke Rumah Sakit di Malaysia karena Sesak Napas "

  Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra dibawa ke Rumah Sakit Serdang, Selangor, tak lama setelah tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Mala...

Popular Posts

Followers

Back To Top