30 July 2008

Aplikasi Pendekatan Kontektual di Sekolah

Oleh: Riwayat Attubani

Menurut Slamet ada enam pentahapan dalam pembelajaran kontektual di tingkat sekolah yaitu: pertama, mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa yaitu dengan memilah-milah materi yang tekstual dan materi yang dapat diakitkan dengan hal-hal aktual. Kedua, mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari secara cermat sebagai salah satu upaya untuk memahami konteks kehidupan siswa sehari-hari. Ketiga, memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kontek kehidupan siswa. Keempat, menyusun persiapan proses belajar dan mengajar yang telah memasukkan konteks ke dalam materi yang akan diajarkan. Kelima, melaksanakan proses belajar mengajar kontektual yaitu mendorong siswa untuk selalu mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Keenam, melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa. Hasilnya dapat digunakan sebagai masukan, perbaikan / penyempurnaan persiapan dan pelaksanaan proses belajar dan mengajar yang akan datang.

Perlu juga disadari bahwa pelaksanaan pendekatan kontektual tidak sama untuk tiap sekolah, namun yang pasti guru dituntut aktif menginternalisasikan, menghayati, memahami, konteks actual dalam proses belajar mengajar. Jadi tidak ada satu resep atau seragam dalam, pelaksanaan pembelajaran kontektual, tetapi pendekatankontektual cenderung mengakomodasi kemajemukan dan perbedaan sesuai kekhususan yang ada pada siswa tersebut.

Dalam mendukung pendekatan kontektual guru dituntut untuk banyak membaca dan mencermati masalah aktual di masyarakat, di sisi lain, guru juga terus berusaha mengenali siswanya, baik dari segi budaya, keluarga, social, adat dan pekerjaan dan lingkungan di mana siswa tinggal, dengan siapa ia bergaul.

Hal ini, perlu dilakukan agar guru mampu menginternalisasikan bahan pelajaran dan proses pembelajaran dengan konteks yang actual dan dekat dengan kehidupan keseharian siswa. Chaedar Alwasilah mengatakan setidaknya ada tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam pendekatan kontektual, yaitu: pengajaran berbasis problem, menggunakan konteks beragam, mempertimbangkan kebhinekaan siswa, memberdayakan siswa untuk belajar sendiri, belajar melalui kolaborasi, menggunakan penilaian autentik, mengejar standar tinggi. Dari pendapat itu dapat dikembangkan sebagai berikut:

Pertama, pengajaran hendaknya berbasis permasalahan, merancang pembelajaran bersifat problem solving, sehingga siswa tertantang untuk memecahkan problem tersebut, siswa diajak untuk berfikir kritis, pemecahan ini akan mengajak siswa masuk ke dunianya sendiri, ia menyelami makna dan pengalaman yang iia lakukan sendiri.

Kedua, menggunakan konteks bermacam-macam dan bervariasi. Makna jangan dibatasi pada satu sisi, atau satu titik pandang saja, sebab makna dapat dipandang dari berbagai sisi. Adanya cara pandang yang beragam akan menambah khazanah pemikiran siswa makin kaya dan beragam.

Ketiga, menyadari keragaman yang ada pada siswa. Adanya berbagai keragaman dan perbedaan hendaknya menjadi rahmat yang akan mendukung terjadinya pembelajaran yang mengkayakan imajinasi, daya kreatif dan daya kritis siswa.

Adanya berbagai perbedaan karakter, social, budaya dan keluarga hendaknya menjadi sumber berbagai inspirasi untuk menginternalisasikan materi pelajaran ke dalam kehidupan siswa. Memang perbedaan adalah rahmat, hal ini juga telah diinformasikan oleh Nabi Saw, bahwa,”Perbedaan di antara umatku adalah rahmat”(Hadis).

keempat memanfaatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri, siswa diajarkan untuk mandiri, siswa diajar untuk aktif bukan pasif, siswa dilatih untuk menganalisis berbagai fakta informasi dengan daya imajinasi dan daya kritisnya.

Kelima, hendaknya siswa diajarkan bagaimana belajar dengan orang lain, siswa diberi dorongan dan wacana bagaimana ia sedfapat mungkin mampu bekerja sama den gan orang lain, dengan teman kelasnya, tujuannya adalah agar adanya saling membantu dan mengisi kekosongan kiemampuan di atara kelompok yang sedang kerjasama sehingga siswa yang dianggap mampu secara intelektual diharapkan dapat menjadi pemicu aktivitas dan keaktivan dalam kelompoknya, ia juga dapat dijadikan fasilitator dalam kelompoknya.

Imam Ali mengatakan,”Bertemanlah dengan para ahli hikmah, duduklah,bergaulah dengan para ulama, berpalinglah dari dunia niscaya kamu akan mendapat trempat di surga.” Intinya adalah berteman dengan yang ahli akan menambah kebahagiaan, menambah kemauan untuk menuju kualitas seperti surga, sebuah tempat yang maha indah. Demikian juga jika dalam kerjasama ada satu siswa yang mumpuni secara intelektual, maka temannya yang lain yang agak klurang akan terimbas menjadi seorang yang beruntung secara inteletual dan pengalaman, Ali bin abi Thalib mengibaratkan orang bodoh yang mau bergaul dengan orang pandai akan mendapat sorga. Sorga yang bukan sorga di akherat tetapi sebuah petualangan iintelektual yang penuh dengan keindahan kebahagiaan dan ketentraman, kreatif semangat dan enerjik.

Keenam, menggunakan penialain autentik. Dalam hal ini penilaian diberikan kepad prosesnya bukan hanya pada hasil darinya saja, hal ini akan terasa adil sebab tidak semua siswa sama dalam belajar, berproses. Untuk itu, adanya penilaian autentik akan mempermudah seorang guru mencari dan mengambil data untuk mengamati perkembangan belajar siswa. Nah untuk mengambil penilaian autentik guru dituntut untuk mengambil bermacam sumber belajar, seprti Koran, majalah, radio televise, website, dan lain sebagainya dalam arti guru tidak terpaku pada buku paket saja.”Tidakalah Engkau menciptakan semua ini untuk sesuatu yang sia-sia,”(QS. Ali Imran:191).

Ketujuh berusaha terus meningkatkan kualitas untuk menuju standar tinggi. Guru hendaknya tidak bosan untuk memberi semangat kepada siswa untuk terus meningkatkan kemampuan, Imam Ali mengatakan,”Yang mau menyempurnakan kekurangannya berarti memperbaiki dirinya,”sehingga diharapakan nantinya ia akan mampu mencapai puncak kualitas dan standar yang tinggi, biarlah pahit kita katakan kalau nantinya hasilnya manis. Muhammad Saw mengatakan, “Katakanlah kebenaran walaupun terasa pahit,”(HR. Bukhari). Standar tinggi hendaknya dicapai dengan kerja keras berkelanjutan dan terus berusaha memaksimalkan berbagai fasilitas dan sumber daya yang di sekolah. Perbaikan dan penyempurnaan terhadap berbagai kekurangan akan memacu satndar ketercapaian, sehingga keberhasilan bukan lagi sekedar kemenangan dan kesusksesan semu.

Keberhasilan sebuah pendidikan tidak hanya dilihat dari hasil, hasil belum tentu menunjukkan keunggulan dan kebaikan dari suatu pendidikan, bisa jadi anak yang memperoleh nilai tinggi ia dapatkan dari menyontek, atau ia dapatkan dari kolusi dengan temannya yang lain. Ada juga anak yang memperoleh hasil ujian sangat bagus, tetapi hasil itu bukan dari kemampuannya sendiri, namun nilai tinggi itu ia dapatkan dari pertolongan orang lain. Misalnya dalam ujian nasional (UN) anak yang kesehariannya dianggap cukup intelektualnya, kasarnya kurang pandai, karena gurunya merasa perlu untuk menolong siswanya maka sang guru menolong siswanya agar dapat menjawab soal ujian nasional. Maka tidak heran jika ada siswa yang dalam keseharian belajarnya biasa-biasa saja tetapi dalam ujian akhir lebih tinggi dari siswa yang kita anggap mampu dari segi intelektual.

Dalam pandangan agama proses menentukan hasil, sebagai contoh roti dalam pandangan hokum makanan dalam Islam adalah halal, durian, mangga, apel adalah buah-buahan halal dikonsumsi, tetapi apabila roti atau buah-buahan itu didapat dari mencuri maka meskipun hokum Islam memandangnya sesuatu yang halal, tetapi proses mendapatkannya dari hasil curian maka roti dan apel itu dianggap haram.

Hal ini, memberi kita pelajaran bahwa menentukan baiknya sesuatu itu bukan hanya dilihat dari hasil tetapi juga proses, ini artinya perbuatan itu dinilai mulai dari prosesnya, kalau prosesnya baik maka diharapkan hasilnya juga baik. Demikian juga dalam pendidikan, siswa tidak dapat dikarbit seperti memeram buah mangga, siswa tidak dapat dipaksa untuk matang dan pandai secara mendadak, tetapi semua itu memerlukan proses, nah dalam pendekatan kontektual proses dalam belajar sangat menentukan, dikatakan menentukan karena dari proses inilah guru dapat mengamati tahap-demi tahap perkembangan siswanya. Hal ini memberi kita pelajaran bahwa proses belajar dan mendidik siswa membutuhkan waktu.

Dalam pendekatan kontektual proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan perhatian dari para guru. Perhatian ini diperlukan untuk mengetahui perkembangan siswa, yang gunanya untuk memberi perhatian dan perbaikan belajar siswa, di sisi lain guru dapat memberi perhatian kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan keragaman siswa. Cara pendekatan kontektual dalam kelas cukup mudah secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, memancing dan mengembangkan sifat ingin tahu, sifat penasaran kepada siswa sehingga memancingnya untuk mengetahui dan bertanya. Kedua, menerapkan pengajaran yang berbasis inkuiri. Pembelajaran inkuiri dapat diterapkan pada semua topic dalam pembelajaran. Ketiga, menghadirkan model untuk contoh dalam pembelajaran. Keempat, melakukan penilaian yang sesungguhnya dengan bermacam cara, agar penilaian mencapai sasartan dan hasil yang tepat. Kelima, mengembangkan pola piker bermakna, serta mengarahkan siswa agar belajar mandiri, menemukan dan membangun pengetahuan dan ketrampilannya sendiri. Keenam, melakukan refleksi pada akhir pembelajaran atau akhir pertemuan. Ketujuh, mengembangkan cara belajar kelompok, agar tercipta suasana belajar bersama.

Langkah tersebut merupakan langkah aplikasi dalam proses pembelajaran berbasis kontektual, juga merupakan rangkaian dalam pendekatan kontektual, dengan mengaplikasikan ketujuh komonen tersebut pendekatan kontektual di sekolah dapat diwujudkan. Allahu Alam.

29 July 2008

Pendidikan Yang Tidak Melupakan Allah

Oleh:Riwayat Attubani

Seorang pendidik sejati akan menanamkan tauhid yang baik dan kokoh kepada anak didiknya. Apapun mata pelajaran yang mereka emban, sehingga tidak ada ceah bagi si anak untuk membangkang terhadap eprintah Tuhannya. Sikap dan perilaku peserta didik akan terkontrol degan sendirinya, tanpa perlu satpam, polisi dan hansip. Dengan pribadi yang matang dari segi keilmuan dan tauhid, maka akan secara otomatis memberi pengaruh yang positif bagi diri n lingkungannya.

yang pasti pendidikan dan penanaman akidah yang kuat harus menjadi prioritas utama. Apalah arti ilmu riman yang kuat. Maka dari itu perlu kiranya para pendidik berfikir kembali terhadap perlakuannya selama in yang hanya mencekoki siswanya hanya dengan materi keilmuan murni saja, tanpa ada nilai-nilai religius. Maka sudah sewajarnya mulai saat ini untuk menyadari kembali betapa penting pendidikan yang berbasis spiritual mulai digalakkan ke semua peserta didik.

Pendidikan merupakan contoh yang telah diberikan Allah kepada semua manusia di alam raya ini. Allah adalah pendidik pertama, pendidik yang Maham Adil dan Maha Tahu. Pendidik yang mengerti kebutuhan jasmani dan rohani peserta didik. Artinya adalah Pendidik sadar dan mengertibahkan memahami kebutuhan anak didiknya, apa yang baik untuk anak didiknya dan mana yang tidak baik terhadap kepribadian anak didik.

Maka dari itu sangat pentin bagi para guru untuk mulai menyadari bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu mendidik merupakan upaya untuk menanamkan nilai- nilai kebaikan, nilai- nilai religius.

Mengingat pentingnya meramu materi pendidikan non agama, maka perlu semacam sosialisasi, sosialisasi dilakukan untuk mengenalkan pentingnya nilai- nilai ketuhanan dalam dunia pendidikan saat ini.Ada anggapan sebagain pendidik bahwa masalah religius merupakan tanggungjawab guru agama, anggapan ini masih ada mengakar ke dalam jiwa para pendidik. Sehinga tidak heran jika ada siswa pandai fisika, matematika tetapi mereka kosong dengan nilai- nilai religius.

Akibat salah pemahaman terhadap hakekat pendidikan anak , maka berakibat kepada buruknya perilaku peserta didik, peserta didik menjadi manusia cerdas secara otak tetapi kering dengan nilai-nilai ketuhanan, maka tidak heran jika mereka korupsi, kolusi dan hidup menyimpang dari aturan Allah. Keadaan ini diperparan oleh system yang mendukung untuk melakukan hal tersebut.

Tidak hanya itu saja, ketika pendidik mengesampingkan pentingnya penanaman akidah yang benar kepada, anak akan cenderung berfikir parsial dan sektoral, anak akan terpaku kepada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan akherat bagi mereka hanya omong kosong dn hayalan belaka.tidak

Bagi mereka Tuhan itu hanya ada di alam yang lain, yang tidak mempunyai hubungan dengan manusia lagi, tuhan telah parker di tempatnya sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap perbuatan manusia. Lebih parahnya lagi peserta didik yang kering dengan nilai-nilai religius, nilai-nilai ketuhanan akan cenderung sekuler bahkan ateis.

Realitas seperti ini telah menjangkiti kalangan Islam sendiri, terutama para orang tua dan pendidik yang pernah belajar tanpa ada pondasi keimanan dan tauhid yang kuat, atau tidak pernah mengecap pendidikan yang meramu aspek keilmuan duniawi yang di bumbui atau diberi ruh-ruh semangat ketuhanan.

Akibat tidak pernah mendapatkan pendidikan tersebut akhirnya para orang tua menjadi manusia yang miskin pengetahuan religius dan spiritual, kepribadiannya tidak terbentuk secara sempurna dengan tauhid yang lengkap dan mumpuni untuk menghadapi kehidupan duniawi, dalam keadaan ini para orang tua akan kelabakan dan tidak tahu arah dalam mendidik anak-anak mereka sendiri.

Maka tidak heran jika dewasa ini banyak generasi muda yang memuja kehidupan glamour,hedonisme, lebih ironis lagi mereka lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Allah. Di antara buktinya adalah keberanian mereka untuk berbuat maksiat di temapt-tempat kos, kamar-kamar hotel, mobil-mobil pribadi dan tempat-tempat rekreasi. Mereka beranggapan melakukan maksiat di temapt tersebut aman dari mata manusia, aman dari penglihatan manusia, tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa di samping itu ada Yang Maha Melihat, yaitu Allah Swt.

Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya kita memulai pendidikan yang tidak melupakan Allah, pendidikan yang menyatukan antara konsep ilmu duniawi dengan nafas religius, pendidikan yang bernuansa spiritual. Dengan menerapkan pendidikan yang diwarnai oleh nilai- nilai spiritual ketuhanan akan dimungkinkan menghindarkan peserta didik dari sikap acuh terhadap Tuhannya sebagai pencipta alam raya ini.

Pendidikan yang tidak melupakan Allah akan membentuk peserta didik menjadi generasi yang tangguh, generasi yang tahu dan mau untuk mengubah diri dan masyarakatnya menuju keridhoaan Allah, pendidikan yang selalu menyertakan nilai- nilai ketuhanan akan lebih mungkin untuk melakukan perubahan-perubahan yang positif,perubahan yang lebih baik dan bermanfaaat bagi orang banyak.

Untuk itu sudah saatnya umat Islam meninggalkan pendidikan yang dibangun dengan konsep sekuler, pendidikan yang hanya mengedepankan kehidupan duniawi, pendidikan yang hanya mengejar kehidupan sementara ini. pendidikan sekuler hanya akan menjerumuskan anak didik ke dalam kubangan kehinaan di dunia dan akherat. Pendidikan sekuler dan terkesan ateis akan menjerumuskan anak didik kepada sikap hidup yang atheis dan sekuler, tidak peduli terhadap akhlak dan moral, yang penting bagi mereka adalah bagaimana mengembangkan keilmuan tanpa harus menimbang efek baik dan buruk berdasarkan timbangan agama dan nilai-nilai Ilahiyah.

Pendidikan yang selalu menyertakan Allah dalamsetiaplagkah dan proses pendidikan akan lebih utama dan lebih memberi bekas yang positif dan berdaya guna. Pendidikan yang tidak melupakan Tuhan akan membentuk pribadi yang soleh, pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman. Pendidikan yang memberi peluang untuk menyatunya keilmuan dengan nilai- nilai kebenaran yang diususng oleh wahyu akan lebih memberi peluang berhasilnya anak didik dalam kehidupan dunia dan akherat.

Pendidikan yang selalu terhubung dengan nilai-nilai ketuhanan akan cenderung memabwa peserta didik kepada kehidupan yang baik, kehidupan yang jauh dari murka Allah. Pendidikan yang selalu di nafasi dengan ruh-ruh ketuhanan akan memberi peluang bagi peserta didik untuk selalu bermohon kepada Allah, ia akan meminta pertolongan hanya kepada Allah. Ia tidak akan takut kepada manusia, ia berbuat baik bukan ingin dipuji, tetapi ia berbuat baik karena Allah semata.

28 July 2008

Jangan Didik Anak Takut Kepada manusia

Oleh: Riwayat Attubani

Jangan didik anak menjadi penakut, jadikanlah anak-anak kita seorang pemberani, seorang anak yang taat kepada Allah. Sebagai muslim, sebagai orang tua tidak sepatutnya kita mendidik anak menjadi penakut kepada manusia, karena yang patut ditakuti adalah Allah Swt tidak yang lain. Jika ita menjadikan anak kita penakut kepada manusia, maka telah terjadi kesalahan dalam mendidik, kita salah mendidik anak, karena dalam islam kita dilarang menjadikan anak kita takut kepada manusia, sebab yang patut ditakuti adalah Allah semata.

Mendidik anak menjadi penakut akan membawa dampak buruk terhadp kepribadan anak itu sendiri, anak akan mudah dipengaruhidan di atur oleh orang lain, ya kalau diatur dalam kebaikan mungkin masih dapat diterima, tetapi kalau diatur untuk berbauat jahat dan mungkar, mak hal itu sangat membahayakan.

Ketika anak hanya takut kepada manusia dan tidak takut kepada Allah, maka hal tersebut merupakan bencana besar. Kenapa dikatakan sebagai bencana besar, diantara jawabannya adalah anak akan berbuat semaunya, berbuat sekehendak hati asal tidak diketahui oleh orang lain, tidak maling kalau diketahui oleh manusia, tidak berzina jika diketahui oleh manusia lain, tetapi mereka akan berzina jika tidak diketahui oelh orang laian, mau maling dan merampok jika tidak diketahui oleh orang lain.

Sedangkan Allah mereka lupakan Allah tidak ditakutinya. Mereka tahu bahwa Allah Maha Melihat, Maha mendengar, tetapi hal itu tidak menyurutkan mereka untuk berbuat mungkar dan maksiat.

Anak yang dididik hanya takut kepada Allah akan kehilangan control ketuhanan, tuhan hilang dalam hati dan pikirannya. Mak tak heran jika orang-orang seperti ini akan berbuat melanggar aturan aturan Allah. Karena dalam dirinyatelah terpatri ketakutan yang sangat terhadap manusia sedangkan takutnya kepada Allah tidak ada.

Ketika anak hanya didik takut kepada manusia, maka keribadiannya akan cenderung berkepribadian munafik, kepribadian ganda, kepribadain orang-oarang yang riya, mereka berbuat bukan untuk Allah dan Rasul-Nya, tetapi berbuat agar namanay tenar, namanya dikenal banyak orang, ingin dipuji oleh orang lain.

Maka tidak heran jika mereka mempunyai kerpbadian ganda, bermuak dua, ingin dipuji dan dihormati. Orang seperti ini lebih suka mendapat pujian di mata manusia disbanding mendapatkan pujian Allah karena mereka merasa pujian dari Allah bersiaft abstrak dan tidak jelas, sedangkan pujian dari manusia dapat dinikmati dan dirasakan pada saat itu juga. Kalaupun mereka beriman, mereka hanya pura-pura, mereka hanya ingin menipu manusia, kalaupun mereka beriman itu dikarenakan ingin sesuatu yang bersifat duniawi belaka,”Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS. Al-Baqarah:8-9).

Ibnu Katsir menyatakan orang munafik adalah orang yang perkataannya bertentangan dengan perbuatannya, isi hatinya bertentangan dengan dengan realitasnya,masuknya berbeda dengan keluarnya, adanya bertentangan dengan tidak adanya. Dalam surat An-Nisa dinyatakan,”. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisa:142).

Dalam ayat ini terlihat jelas bahwa pribadi munafik, pribadi yang hanya berpura-pura, pribadi yang hanya takut kepada manusia, salatnya dilakukan hanya untuk menghilangkan jejak kalau ia termasuk orang munafik, orang seperti ini salat hanya sebuah tameng, hanya sebuah kepalsuan belaka.

Itulah diantara akibat yang akan terjadi jika kita mendidik anak takut kepada manusia, untuk itu menjadikan anak takut kepada manusia harus diubah menjadi anak hanya takut kepada Allah saja, bukan takut kepada manusia.

Sesuatu Yang Harus diperhatikan dalam mendidik Anak

Oleh: Riwayat Attubani

Menurut Muhammad bin Abdullahh As-Sahim dalam buku, “Kesalah Dalam Mendidik Anak,” menyatakan bahwa paling tidak ada sepuluh hal yang hendaknya menjadi perhatian para pendidik, apakah orang tua, ibu-bapak, para guru dalam mendidik anak. Sesuatu yang hendaknya menjadi perhatian tersebut merupakan hal yang penting dalam mendidik anak sesuai dengan ajaran islam. Sesuatu tersebut menjadi factor penting dalam membantu tercapainya generasi yang taat kepada Allah, generasi yang mempunyai akidah yang kuat. Hal-Hal yang perlu diperhatikan adalah:

Pertama, berpegang teguh dengan syariat Allah dalam perilaku dan pergaulan sehari-hari. Dengan berpegang teguh kepada syariat Allah, maka segala urusan kita akan dimudahkan oleh Allah, Allah akan menunjukkan solusi terhadap permasalah yang kita hadapi.

Kedua,Mengikuti rasul dan menelaah perjalanan hidup beliau. Menjadikan sikap dan perilaku beliau sebagai perilaku keseharian, baik dalam keluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Ketiga, berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang mulia dan sifat-sifatnya yang agung. Doa tersebut dilakukan untuk mendoakan anak-anak didik kita, dengan doa mudah-mudahan Allah akan mempermudah anak didik, anak kita untuk mendapatkan ilmu dan hidayah dari Allah. Mendoakan anak dengan doa yang baik merupakan teladan yang dapat ditemukan dalam kisah Nabi Ibrahim,” Allah Berfirman: dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.(QS. Ibrahim:35). Dalam ayat lain Allah dinukilkan tentang doa Nabi Ibrahim untuk nak-anaknya,. Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.(QS. Ibrahim: 40).

Keempat, mendidik dengan contoh teladan yang baik. Dengan contoh yang baik, maka anak didik, atau anak kita akan mencontoh kita dalam beribadah, berperilaku, berbuat dan lain sebagainya. Dengan contoh yang baik dimungkinkan anak didik akan meniru dan mencontoh kita, dengan demikian kita akan semakin mudah dalam mengarahkan mereka dalam kepatuha kepada Allah.

Kelima, Apabila dalam proses mendidik terdapat problem, maka usaha yang kita lakukan adalah bertanya kepada orang yang hali, hal ini dilakukan jika kita tidak ada ilmu tentang itu. Maka dimungkinkan kita akan menemukan jawaban dari permasalahan yang kita alami.

Keenam, mendidik dengan penuh perhatian, mendidik dengan sungguh-sungguh. Dalam arti mendidik bukan hanya sekedar mendidik, bukan hanya sekedar, atau ala kadarnya. Mendidik dengan penuh perhatain akan memungkinkan seoarang pendidik atau orang tua untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan anaknya, perhatian tersebut bersifat mendidik, bukan memanjakannya.

Ketujuh, bertanya kepada seorang yang dianggap berhasil dalam mendidik anaknya ek arah yang diridhoi oleh Allah, atau paling tidak menitipakan anak-anak kita kepada guru-guru yang ahli dan kompetensi dalam mendidik anak-anak kearah keridhoan Allah.

Kedelapan, berhati-hati dalam mendidik, agar tidak melakukan kesalahan dalam mendidik anak-anak kita.jika terjadi kesalahan dalam mendidik, maka hal itu akan membahayakan dirianak tersebut.maka untuk menghidari hal tersebut perlu ilmu dalam mendidik, maka wajar kalau seorang pendidik, apakah ia guru, orang tua, maka perlu kiranya para guru dan pendidik menambah ilmu.

Kesembilan, ketika mengetahui kesalahan dalam mendidik, maka perlu kiranya memahami dan menyadrai diri dan mencobas untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan metod eyang baik dan benar sesuai dengan sunah Rasul.

Kesepuluh, jangan keras kepala jika dinasehati orang lain, atau diingatkan orang lain tentang kesalahan dalam mendidik anak. Atau dapat dikatakan bahwa sebagai pendidik yang baik, perlu membuka diri untuk selalu membuka diri untuk yang lebih baik.

Itulah beberapa factor penting yang hendaknya menjadi perhatian bagi para pendidik, agar dalam mendidik tidak mengalami permasalahan. Mudah-mudahan dengan beberapa hal tersebut kita akan lebih sadar dan lebih berhati-hatai dalam menghadapi anak didik kita. Semoga kesepuluh hal tersebut menjadi perhatain kita dalam menghadapi anak didik, dan proses mendidik itu sendiri. Allhu A’lam.

Pentingnya Pendidikan dalam Islam

Oleh Riwayat Attubani

Pendidikan merupakah hal penting bagi manusia. Dikatakan penting karena pendidikan berkaitan dengan nilai diri manusia, terutama daam mencari nilai itu sendiri. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai banyak ketrampilan dan kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari proses yang dialami manusia untuk menjadi makhluk yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi berkualitasdan berakhlak mulai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan/ riyadhah. Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebisaan sehari-hari yang buruk juga akan berakibat buruk terhadap kepribadaian dan perbuatan dirinya sendiri.

Maka pendidikan dalam keseharian manusia menjadi penting artinya dalam rangka mengwala manusia menjadi manusiayang berbudi dan berperadaban yang luhur.

Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga trans fer nilai, dengan adanya transfer ilmu dan nilai-nilai yang baik dimungkinkan manusia menjadi pribad yang tidak hanya crdasotaknya, tetapi juga cerdas akhlaknya.tidak heran jika Allah menyatakan bahwa kepribadain saja belum cukup, ilmu saja juga belum ada artinya, tetapi jika keduanya, antara ilmu dan iman sudah menyatu ,maka kepribadian dan ketinggian derajat akan diperoleh manusia. Hal ini dapat dipahami dari ayat 11 surat Mujadalah,”

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadalah: 11).

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa antara kecerdasan intelektual/ ilmu pengetahuan dan spiritual/keimanan menjadi kesatuan yang tuh dalam rangka mencapai tujuan mulia, pencapaian derajat yang tinggi di hadapan Allah. Artinya adalah ilmu saja tidak cukup untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berperadaban dan mempunyai derajat tertinggi di hadapan Allah. Maka dalam ayat tersebut secara eksplisit dapat dipahami bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dibutuhkan paling tidak dua variable yaitu ilmu pengetahuan dan kedalaman keimanan seseorang. Jika kedua variable tersebut telah ada dalam diri seseorang, maka sangat dimungkinkan derajatnya akan dimuliakan oleh Allah Swt.

Dengan demikian pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi keilahian, karena semua makhluk yang ada di alam ini adalah murid Allah, dikatakn murid karena semua makhluk di ala mini diajarkan dan di didik oleh Allah sebagai pendidik utama di jagad ini. Oleh karena itu pendidikan pada awalnya adalah berasal dari Yang Maha Mendidik yaitu Rabb alam semesta ini. Tidak hanya itu selain Allah mendidik, Allah juga memelihara makhluknya diantaranya dengan menurunkan kitab-kitab suci sebagai bahan bacaan, bahan referensi dalam menyikapi berbagai kejadian dan fenomena alam raya.

Allah mengutus para rasul-Nya juga untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang baik, makhluk yang mau dan tahu akan Tuhannya, makhluk yang paham kepada siapa harus mengabdi dan menyembah. Kesemua itu dapat ditemukan dalam pendidikan islam, pendidikan Islam bertujuan membebaskan manusia darai belenggu dunia, belenggu kesyirikan dan menuju keikhlasan dalam berbuat dan beribadah. Pendidikan dalam islam bukan hanya untuk mencerdaskan, tetapi lebih dari itu pendidikan dalam islam berusaha mewujudkan manusia yang berkualitas dan beriman dan tahu siapa yang berhak disembah dan dijadikan tempat bergantung.

Selain berusaha mewujudkan manusia yang ikhlas dan tahu Tuhannya,pendidikan Islam juga di dukung oleh adanya kitab-kitab Allah, yang dibawa oleh para Rasul-Nya, yang kesemua itu bertujuan untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang berperadaban. Dengan adanya para Rasul dan adanya Kitab yang dibawanya, kemudian diajarkan, maka manusia akan terbebas dari kesesatan dan mendapatkan hikmah, karena kitab-kitab tersebut, diajarkan oleh para Nabi dan rasul dengan hikmah, maka manusia yang menerima pengajaran dan dididik juga akan mendapatkan hikmah tersebut. Allah berfirman,” Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,(QS. Al-Jumuah:2).

Pendidikan dalam islam bertujuan untuk membentuk dan mewujudkan peserta didik yang berkualitas, beribadah dengan ikhlas karena Allah, dan menjadikan Alah satu-satunya tempat menyembah dan bergantung.

Pendidikan dalam islam mempunyai arti penting karena merupakan ruh dari awal turunya wahyu Allah, perintah pertama dalam Islam adalah untuk membaca, membaca dalam arti lebih luas, termasuk di dalamnya adalah meneliti, mengkaji,memahami, melakukan observasi, melakukan proses pembelajaran dan peruses pendidikan.dengan demikian pendidikan merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat dicermati dari firman Allah surat Al-Alaq,” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq:1-5).

Pendidikan dapat berarti penyucian/ tazkiyah, penyucian manusia darai hal kesyirikan, kedzaliman dan dosa. Pendidikan dalam tataran ini sudah melampaui pendidikan awal, dalam arti pendidikan dalam konotasi tazkiyah lebih mempunyai tingkat yang lebih tinggi jika disbanding dengan mendidik secara konsep keilmuan dan peruses menuju kesucian diri., tazkiyah dalam konotasi pendidikan merupakan sebuah proses menuju akhlak mulia, membebakan manusia dari kekotoran jiwa, pendidikan dalam Islam berusaha meluruskan tujuan manusia yang sesungguhnya, tujuan tersebut adalah mencapai keridhoan Allah. Disisi lain pendidikan dalam islam merupakan sebuah langkah preventif agar terhindar dari neraka dunia dan neraka akherat,” hal ini dapat dicermati dari firman Allah dalam surat Tahrim ayat 6,”

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6).

Dalam ayat tersebut mengandung tangungjawab penuh orang tua untuk mendidik anak mereka. Mendidik anaknya agar menjadi anak yang soleh, anak yang berbakti kepada Allah dan orang tuanya. Dalam ayat tersebut mengandung sebuah proses pendidikan dan pembelajaran, dengan demikian realitas ini memberi kesan bahwa pendidikan tama awal bagi anak adalah pendidikan dan pembelajaran yang diterimanya ketika di rumah. Pendidikan dan pembelajaran di rumah sangat penting, dikatakan pentung karena mempunyai pengaruh besar bagi anak kelak kalau mereka sudah bergaul dan bermasyarakat.

Di sisi lain pendidikan di rumah mempunyai arti penting bagai anak untuk mendapatkan pengalaman, pengalaman yang berharga, pengalaman yang kan menjadi tolak ukur, sebagai pola utama dalam memandanag dunia luar. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan dalam Islam, pendidikan yang dianggap utama dan diutamakan, dikatakan diutamakan karena berdasarkan perintah Allah , agar setiap orang tua bertanggungjawab untuk menyelamatkan anak-anak mereka dariapi neraka, baik neraka dunia maupun nereka akherat. Tidk heran jiika Muhammad Saw menyatakan bahwa pemberian pendidikan dan pembelajaran di rumah lebih baik daripada hanya sekedar berbuat baik kepada anak. “Pemberian perhatian(pendidikan dan pembelajaran) dari orang tua kepada anaknya, lebih baik daripada hanya besikap baik kepada mereka.”( HR. Ahmad).

25 July 2008

Seandainya Buya Hamka Tahu

Oleh: RiwayatAttubani
Seandainya Buya Hamka Tahu, berandai-andai ah, sudah basi kali? tapi tiulah Buya Hamka anak nagarimu telah lari dari jalan yang pernah engaku rintis, kalau engaku tahu Buya Hamka tentu engakau akan menangis dan geram melihat tingkah polah anaknagari di Ranah Minangmu yang telah membesarkanmu. Buya Hamka yang terhormat, kini ranah Minangmu telah menjadi dunia tanpa makna, dunia yang suka glamour, suka hidupbebas dan suka materialisme. entah lah Buya,kini harapan yang pernah engaku torehkan telah habis dan kini hanya tinggal puing, namabesarmu tidak mampu memberi pengaruh, nama besarmu tidak lagi mereka kenang, mereka tidak segam berbuat maksiat di Ranah Minang wahai Buya Hamka. Buya Hmka senadainya engkau tahu tentu sifat6 tegas, lugas dan tanp tedeng alaing-aling akan menentang mereka, engaku tidak akan membiarkan mereka larut dalammaksiat ini wahai Buya Hamka. Buya Hamka seandainya engkau tahu tentau emngkau akan memberi nasihat, engkau akan memberi petuah untuk anak ranah Minang ini. petuahmu dan kharisme yang engaku miliki mampu memberi mereka kesan malu, dan segan mereka tidak akan mengotori ranah Minangmu dengtan seks bebas, seks diluar nikah, pencurian,perampokan dan pembunuhan.
Buya Hamka, engkau pasti akan sedih ketikabanyak ninik mamak tidak peduli lagi dengan kemenakannya,engkau akan marahmelihat mamak memerkosa kemenakannya, bapak memperkosa anaknya sendiri. Seandainya engkau tahu pasti engkau akan terpaku.

24 July 2008

Isra Miraj Dan Rasionalisme Umat Islam

Oleh: Riwayat Attubani

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku, (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".(QS. Al Isra:1-4).

Isra dan miraj merupakan tonggak kebangkitan umat Islam, dikatakan sebagai sebuah kebangkitan karena peristiwa itu membuat takjub dan sekaligus membuat kecut bagi mereka yang tidak punya iman, atau iman mereka yang lemah.

Tetapi bagi mereka yang kuat imannya, tentu peristiwa Isra dan miraj merupakan penguat sekaligus ujian keimanan umat Islam. Adanya Isra Miraj merupakan bukti bahwa sebenarnya manusia dapat mencapai ketinggian dalam batas ketentuan Tuhan. Batas yang tidak semua manusia dapat mendapatkannya.Isra Miraj merupakan bukti bahwa manusia mempunyaikesempatan untuk bertemu dengan Tuhan-Nya. Pertemuan manusia dengan Tuhannya, pertemuan yang menyiratkan keilahian dan sekaligus lahut dalam diri manusia.

Peristiwa Isra dan Miraj merupakan bukti nyata bahwa antara manusia dengan Tuhan dapat bertemu dalam kurun waktu tertentu, di mana manusia telah melenyapkan unsure kemanusiaannya, kemudian ia lebur dalam diri Tuhan.

Manusia dapat lebur dalamTuhan karena pada saat itu tidak sesuatu kecuali Allah Tuhan sekalian alam.

Manusia dapat berjumpa dengan Tuhan-Nya dengan cara melenyapkan semua esensikemanusiaannya mengosongkan berbagai entitas, yang ada hanya entitasAllah yang tunggal tidak yang lain.

Isra Miraj merupakan bukti bahwa manusia mampu menembus batas kemanusiaannya, batas tersebut akan mampu dilewati manusia ketika ia telah mampu menyingkirkan semua hal kecuali Allah.

Manusia tidak akan mampu melakukan sesuatu kecuali atas izin Allah, termasuk Nabi Muhammad Saw sendiri, beliau tidak akan mampu jika Allah tidak memperjalankan beliau. Ini memberi kesan akan kelemahan manusia, yang pada dasarnya manusia diciptakan mempunyai sifat yang lemah, tetapi dalam kelemahan manusia Allah tidak membiarkan manusia terjebur dalam kelemahannya.

Bukti Allah tidak membiarkan manusia dalam kelemahannya adalah diberinya manusia akal. Dengan akalnya, manusia dapat menutupi kelemahannya. Dengan akal manusia mampu mengatasi kelemahan, kelemahan yang ada dalam dirinya.

Akal yang diberikan Allah kepada manusia merupakan alat untuk memikirkan, memahami segala fenomena yang ada di alam ini.

Isra Miraj seharusnya makin memacu umat islam untuk berfikri rasional, dengan berfikir rasionalmaka umat akan maju dari segi pemikiran, dengan majunya oemikiran dimungkinkan kebangkitan intelektual umat islam akan terbentuk dan mengapung ke permukaan.

Isra Miraj seharusnya menjadi momen penting bagi umat Islam, momen untuk segera bangkit dan mengembangkan pola pikir yang kritis dan rasional. Dengan akal rasionalnya umat islam akan bangkit dari keterpurukan, karena dengan akal pikiran tersebut manusia mampu membuat jalan untuk membuang segala rintangan kejumudan, kebekuan ijtihad di masa kini, masa keemasan umat Islam harus diulang, di tersukan lagi. Umat islam hendaknya mampu menyadari dirinya yang terpuruk dalam kubangan keterbelakangan di bumi ini. Maka momen Isra miraj merupakan langkah awal dan penting untuk membangkitan semangat meneliti, semangat berfikir dan mengembangkan diri.Sehingga umat islam tidak tertinggal dari umat yang lain dari segi ilmu dan teknologi. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Mujadalah:11). Allahu A’lam.

Memberi Peluang Anak Bangsa yang Berkualitas

Oleh: Riwayat Attubani

Bangsa besar adalah bangsa yang tahu bahwa di adalah besar.

Bagsa besar yang tidak tahu kalau dirinya akan terjebak kepada mencari-cari hal-hal yang ada diluar dirinya, tidak heran jika Indonesia itu suka utang sana- sini, gakpercaya dengan potensi bangsa sendiri. Akibatnya petinggi Negara ini atau bahkan bangsa ini cenderung percaya kepada produk asing, percaya kemampuan orang di luar Idonesia, karena mereka anggap lebih berkualitas, lebih baik dan kompeten. Padahal masih banyak anak bangsa ini Yang hebat, yang mampu memberi yang terbaik untuk negeri ini, tetapi sayangnya adalah mereka tidak pernah diberi kesempatan.

Tidak heran jika mereka merasa tidak diperhatikan maka tidak jika mereka mencari sesuap nasi di negeri orang, seprti ke Jerman, Amerika, Singapur, Korea Selatan, bahkan keMalaysia.

Sebagai anak angsa tentu kita merasa sedih melihat fenomena hal tersebut. Jika banga ini mau menghargai karya anak bangsa, menghargai kemampuan mereka dengan cara memberi kesempatang dan peluang. Dengan adanya peluang dimungkinkan mereka dapat memberi yang terbaik untuk bangsa ini.

Kesempatan dan peluang inilah yang tidakpernah ada di negeri ini, ara petinggi Negara lebih percaya kepada kemampuan asing.kalau mencari karyawan mereka lebih memilih orang asing, untuk jabatan stategis mereka lebih mempercayakan kepada pihak asing, sedangkan anak negeri ini lebih banyak menjadi kuli, menjadi tukang, di suruh ke sana sini. Kalau mereka ditanya kenapa mengambil orang asing untuk kerja di pabrik atau perusahaan mereka, pasti jawabannya adalah orang asing lebih berkualitassedangkan anak negeri ini kurang kompeten dan bhkan kurang berkelas. Kalau kita mengambil tenaga asing kan lebih keren dan dianggap berkualitas. Itulah sekelumit jawaban dari mereka yang tidak percaya dan tidak ernah memberi kesempatan dan peluang kepada anak bangsa yang berpotensi.

Maka dari itu sudah saatnya kita mulai sadar diri, untuk segera mendayagunakan sumber daya manusia Indonesia, beri kesempatan kepada naka negeri ini yang brekualitas, panggil mereka kembali ke pangkuan ibu pertiwi, beri mereka kesempatan dan peluang, hargai mereka layaknya anak bangsa yang mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap negeri ini. Beri mereka kepercayaan.

Kita tidak ingin potensi mereka dimanfaatkan oleh negera lain, kemudian produk yang dihasilkan leh mereka di jual di negeri ini, padahal semua barang itu adalah hasil anak anak bangsa ini yang dimanfaatkan potensi dan kemampuan mereka oleh bangsa lain.

23 July 2008

dukunglah presiden yang mau menerapkan hukuman mati untuk para koruptor

Oleh: Riwayat Attubani
Pemilu presiden makin dekat, tapi gak ada yang komit dengan hukuman mati untuk para kotuptor.dengan melaksanakan hukuman mati untuk koruptor maka Indonesia lambat laun akan bebas dari koruptor, bangsa ini akan makmur dan sejahtera, karena uangnya tidak diselewengkan. hukuman mati untuk para koruptor dan mengembalikan harta yang mereka korup merupakan jalan utama untuk membabat habis korupsi yang mengakar di negera ini. seharusnya kita mencontoh Cina dalam hal memberantas korupsi, sebelum diterapkan hukuman mati bagi para koruptor Cina miskin oleh ulah para koruptor, tetapi setelah diterapkan hukuman mati untuk para koruptor Cina terbebas dari korupsi.
mencermati hal tersebut tidaklah lacur kalau Indonesia meniru hal yang baik, akankah ada calon presiden RI tahun 2009 yang komit dengan pemberantasan korupsi serta menghukum mati para koruptor dukunglah presiden yang mau menerapkan hukuman mati untuk para koruptor, serta mengembalikan harta negara yang dikorup.

Di Indonesia memerlukan pemimpin yang tegasdan keras dalam menindak para koruptor, tidak ada pilihan lain kecuali memberantas korupsi dengan cara menghukum mati para koruptor dan mengembalikan uang rakyat.

18 July 2008

Perencanaan dalam Lembaga Pendidikan Islam

Oleh: Riwayat Attubani

A. Pendahuluan

Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah jika tidak ada perencaan yang matang, perencaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi pengaruh terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.[1]

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami perencanaan menentukan berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.

Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah lembaga, seperti lembaga pendidikan, lebih khusus lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan yang tidak mempunyai perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas posisi perencanaan dalam sebuah lembaga.

Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan perencanaan akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan lembaga itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi ketercapaian tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan dianggap matang dan baik jika memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.

B. Pengertian perencanaan

  1. Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda satu dengan lainnya. Cuningham menyatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian.[2] Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. perencanaan, perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang manajer dalam menentukan tujuan dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa tujuan tersebut dapat dicapai.[3] Sedangkan menurut Ramayulis perencanaan adalah langkah pertama yang harus diperhatikan oleh manajer dan para pengelola pendidikan pendidikan Islam. perencanaan merupakan hal penting yang hendaknya ada dalam manajemen pendidikan islam. perencanaan sangat perlu dan harus ada dalam pendidikan islam. jika tanpa ada perencanaan maka keberlangsungan pendidikan Islam akan terkendala. Allah memberikan arahan bahwa setiap orang beriman dan bertakwa hendaknya memperhatikan hari esoknya, memperhataikan apa rencana yang akan dilakukan untuk hari esok. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. [4]

Dari ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya memperhatikan apa yang telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang manajer hendaknya memperhatikan perencanaan yang telah dibuatnya. Dalam arti dalam manajemen pendidikan Islam perlu perencanaan dan setelah itu perlu memperhatikan apa yang telah direncanakannya. Hal ini dapat dipahami bahwa pendidikan islam membutuhkan manajemen. Dan inti darai manajemen pada hakekatnya adalah perencanaan, tanpa perencanaan atau salah dalam merencanakan pendidikan Islam akan berakibat buruk terhadap keberlangsungan pendidikan Islam. makna ini dapat dipahami dari firman Allah.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[5]

Perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam tidak hanya untuk memenuhi target tujuan pendidikan Islam dalam jangak tertentu, tetapi perencanaan pendidikan Islam melampaui batas duniawi. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ramayulis, bahwa perencanaan pendidikan Islam tidak sekedar diarahkan untuk mencapai kesempurnaan kebahagiaan dunia saja ,tetapi juga kebahagiaan akherat, [6]artinya dalam perencanaan pendidikan Islam perlu mempertimbangkan keseimbangan antara tujuan dunia dan akherat. Hal ini berdasarkan firman Allah.

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".[7]

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan orang mukmin adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Permintaan ini adalah permintaan setiap mukmin, kalau ia sebagai manajer tentu ia akan mencari jalan bagaimana tugas sebagai menejer adapat dimanfaatkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Hal ini memberi kesan bahwa dalam Islam segala perbuatan selalu diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Kebahagiaan tersebut didapatkan dengan cara membuat perencanaan yang matang dan terukur.

Ramayulis menyatakan bahwa dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan meliputi, penentuan prioritas, penetapan tujuan, merumuskan prosedur, dan pembagian tugas kepaada individu maupun kelompok.[8] Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa manajemen perencanaan dalam pendidikan Islam menjadi penentu prioritas, memperjelas prosedur, pendelegasian yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam manajemen pendidikan Islam perencanaan mempunyai karakteristik, karakteristik tersebut adalah suatu proses rasional, berhubungan dengan tujuan social, cara, tujuan, proses-proses dan kontrol, perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam merupakan rancangan konseptual, dan konsep yang dibuat hendaknya bersifat dinamis dan lentur.[9] Perencanaan dalam manajemen pendidikan, merupakan kunci keberhasilan pada suatu lembaga. Untuk itu perencanaan dalam pendidikan Islam hendaknya meliputi pengetahuan khusus seperti metode ilmiah yang menyeluruh, mengetahui nilai-nilai, dalam hal tentunya nilai-nilai keislaman, dan adanya pemahaman yang bersifat kontinuitas.[10]

Dengan demikian dalam mananjemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan, karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam manajemen pendidikan Islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kepada suatu target yang harus dicapai. Asnawir menyatakan bahwa langkah-langkah dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.

b. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.

c. Masalah-masalah atau informasi-informasi yang diperlukan.

d. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.

e. Merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan pekerjaan itu harus diselesaikan.

f. Menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan tersebut.

g. Menentukan cara bagaimana mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.[11]

Dapat dipahami bahwa perencanaan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci utama dalam aktivitas berikutnya, aktivitas lain tidak akan berjalan dengan baik, bahkan mungkin gagal jika tidak didahului oleh perencanaan, maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan “ruh” manajemen. Jika tidak perencanaan, maka semua aktivitas dalam pendidikan Islam tidak akan jalan dengan baik. Sedangkan lainnya hanya bersifat menjalankan saja, meskipun demikian bagian yang lain pun mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan Islam.

Dengan demikian manajemen pendidikan Islam hendaknya diawali dengan perencanaan yang jelas dan matang, dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik. Perencanaan dalam manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan baik jika memperhatikan langkah-langkah perencanaan, seperti menentukan tujuan, meneliti masalah, menentukan tahapan-tahapan, merumuskan bagaimana cara menyelesaikan masalah,menentukan siapa yang akan bertanggungjawab melaksanakan , dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan dihadapi, mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan terakhir berusaha melakukan perubahan setelah dilakukan evaluasi.

Definisi lain menyatakan bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program,dan alokasi sumber.[12]

Perencanaan mempunyai makna yang komplek, perencanaan didefinisikan dalam berbagai bentuk tergantung dari sudut pandang, latar belakang yang mempengaruhinya dalam mendefinisikan pengertian perencanaan. Di antara definisi tersebut adalah sebagai berikut: Menurut prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana. Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas adalah proses memprsiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad Fakri perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan.[13] Dari kutipan tersebut dapat dianalisis bahwa dalam menyusun perencanaan perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, adanya kegiatan, proses yang sistematis, hasil dan tujuan tertentu.

Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan secara sah dan berdaya guna.[14] Dari pendapat Kaufman tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan sesuatu yang menjadi keperluan dalam sebuah system untuk mendukung tercapainya tujuan. Tidak itu saja selain mendukung tercapainya tujuan suatu system maupun lembaga perencanaan yang dipersiapkan hendaknya bermanfaat secara aplikasi, dan lebih penting adalah dikerjakan dan disusun berdasarkan kepatutan serta tidak melanggar norma yang berlaku. Menurut Kaufman dalam perencanaan mengandung elemen-elemen sebagai berikut, pertama mengindentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan. Kedua, menentukan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas. Ketiga, memperinci spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang dipioritaskan. Keempat, mengidentifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap alternatif. Kelima, mengidentifikasi strategi alternative yang memungkinkan, termasuk di dalamnya peralatan untuk melengkapi tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai latar dan strategi yang digunakan.[15]

Uraian tersebut, memperjelas bahwa perencanaan berkaitan dengan pemilihan dan penentuan kebijakan tertentu. Harjanto memberi komentar terhadap pendapat Kaufman bahwa perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara efektif dan efesien. Harjanto menyatakan bahwa perencanaan mengandung enam pokok pikiran yaitu, pertama perencaaan melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan. Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya. Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha. Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan berbagai usaha dan alternative. Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi. Keenam, alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan kebijakan.[16]

Beeby C.E sebagaimanan dikutip oleh Asnawir menyatakan bahwa perencanaan pendidikan adalah penerapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, ekonomi dan politik, potensi system untuk berkembang, kepentingan Negara dan pelayanan masyarakat yang mencakup dalam system tersebut.[17]

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan aplikasi dari pemikiran yang tersusun untuk mencapai keinginan bersama. Dengan demikian perencanaan yang di susun merupakan konsep yang aplikatif dan oprasional. Dapat juga merupakan aktifitas untuk mengambil keputusan. Hal senada juga dikatakan oleh George R. Terry bahwa perencanaan merupakan aktifitas pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, di mana, kapan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang akan melakukan, sehingga tercapainya tujuan yang dinginkan.[18]

Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif. Hal ini dapat dipahami dari pendapat George R. Terry tersebut. Di sisi lain, perencanaan dapat dikatrakan sebagai usaha mencari penangggungjawab terhadap berbagai rumusan kebijakan untuk dilaksanakan bersama sesuai dengan bidang masing-masing.

Asnawir menyatakan perencanaan adalah kegiatan yang harus dilakukan padatingkat permulaan, dan merupakan aktifitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud dan tujuan yang ingin dicapai.[19]

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk merencanakan segala kegiatannya.” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18). Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin Negara.

Allah sebagai pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi inspirasi bagi umat islam terutama para manajer. Karena pada dasarnya manajer yang harus mempunyai banyak konsep tetang manajemen termasuk di dalamnnya perencanaan pemimpin yanb adalah yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama. Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang baik dan matang. Menurut Soejitno Irmin dalam buku Kepmimpinan Melalui Asmaul Husna menyatakan bahwa perencanaan merupakan proses kegiatan yang tertata rapi yang bertahap dan bekelanjutan.[20]

Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa perencanaan adalah proses yang berkelanjutan, bertahap dan tertata rapi. Artinya perencanaan tidak bersifat mutlak, kaku tetapi ada peluang untuk perbaikan dan sisipan kebijakan baru. Dengan demikian perencanaan adalah proses yang berkelanjutan dalam rangka menyempurnakan aktifitas untuk mewujudkan tujuan bersama.

Menurut Coom dalam definisi perencanaan pendidikan dibahas paling tidak tempat hal sebagai berikut: pertama tujuan, apakah yang akan dicapai dengan perencanaan itu? Kedua, status posisi system pendidikan yang ada, bagaimanakah keadaan yang ada sekarang? Ketiga, kemungkinan pilihan alternative kebijakan dan prioritas untuk mencapai tujuan. Keempat, strategi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa unsure penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan, yaitu Pertama penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, termasuk di dalamnya metodologi dalam perencanaan. Kedua, proses pembangunan dan pengembangan pendidikan. Artinya adalah perencanaan pendidikan dilakukan dalam rangka perbaikan pendidikan atau reformasi pendidikan. Ketiga prinsip efektifitas dan efesien, artinya dalam perencanaan pendidikan perlu dipikirkan aspek ekonomis. Keempat kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat, regional, nasional dan internasional, artinya perencanaan lembaga pendidikan hendaknya mencakup aspek internal dan eksternal dari organisasi sistem lembaga pendidikan.[21] Dengan demikian perencanaan pendidikan sekedar untuk internal lembaga pendidikan, anak didik, lebih dari itu pertimbangan lingkungan masyarakat sebagai pengguna sekaligus penerima hsil perlu dipertimbangkan, termasuki juga kebutuhan regional, nasional dan internasional, ini artinya adalah menyusun perencanaan hendaknya bersifat universal untuk jangka pendek dan jangka panjang yang kesemuanya bermuara kepada kebutuhan dan tujuan universal.

C. Unsur-Unsur dan Syarat-Syarat Menyusun Perencanaan.

Perencanaan membutuhkan pemkiran yang mendalam dengan pemikiran yang mendalam akan membantu proses perencanaan yang akan buat. Pemikiran tersebut dilandasi dengan keikhlasan dan keinginan untuk merencanakan suatu sebuah perencanaan bersama. Lebih dari dalam proses perencanaan hendaknya memperhatikan pendapat dan aspirasi bersama, Islam menurut Asnawir dalam bukunya Manajemen Pendidikan, paling tidak dalam menyusun perencanaan pendidikan, termasuk perencanaan pendidikan Islam, perlu memperhatikan empat unsur, pertama tujuan hendaknya jelas, yang tercakup perumusan sasaran untuk mencari solusi dari problem yang ada. Kedua, menetapkan teknik pengumpulan dan pengolahan data. Ketiga, berorentasi ke masa depan yang bersifat prediksi. Keempat, adanya kegiatan yang tersusun, terangkai untuk mencapai tujuan.[22] Keempat unsur tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi manajer sebelum menyusun perencanaan. Hal ini perlu karena berhubungan dengan kualitas, efektifitas dan efesiensi dalam isi kebijakan yang tersusun dalam perencanaan.

Selanjutnya selain memperhatikan unsur-unsur tersebut pelu diperhatikan syarat-syarat dalam menyusun perencanaan, yaitu pertama, perencanaan dalam lembaga pendidikan Islam hendaknya memperhatikan dan didasarkan kepada tujuan yang jelas. Kedua, dalam perencanaan hendaknya mengutamakan aspek kesederhanaan, realistis dan praktis. Ketiga, terinci dan memuat segala uraian, klasifikasi kegiatan dan rangkaian kegiatan sehingga memudahkan pelaksanaan serta memedomaninya. Keempat, memperhatikan fleksibilitas sehingga mudah beradaptasi dengan keadaan, kebutuhan dan kondisi dan situasi. Kelima, menghindari duplikasi dalam pelaksanaannya.[23] Dari uraian tersebut tergambar bahwa perencanaan dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan, di sisi lain, perencanaan di susun berdasarkan prioritas, efektif dan efesien.

Perencanaan menurut Asnawir adalah kegiatan yang harus dilakukan pada tingkat permulaan, lebih dari itu perencanaan merupakan aktifitas pemikiran, pemilihan rangkaian tindakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan yang ingin diraih. Menurut Asnawir langkah –langkah perencanaan hendaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:[24] Pertama, menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Kedua, meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. Ketiga, mengumpulan data atau informasi-informasi yang diperlukan. Keempat menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan. Kelima, merumuskan bagaimana masalah-masalah tersebut akan dipecahkan, dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan tersebut di selesaikan. Keenam, menentukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi pelaksanaan dari tindakan tersebut. Ketujuh, menentukan cara bagaiman mengadakan perubahan dalam penyusunan rencana.

Ketujuh hal perlu mendapat perhatian dari para menejer yang akan menyusun perencanaan. Jika tidak diperhatian, maka rencana yang disusun dianggap gagal. Kegagalan tersebut kemungkinan lebih besar jika dibandingkan dengan perencanaan yang memperhatikan ketujuh hal tersebut. Dengan demikian ketujuh hal tersebut hendaknya menjadi perhatian para penyusun perencanaan agar tercapai tujuan. bersama. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian dalam menyusun perencanaan adalah jelasnya tujuan yang ingin dicapai, jelasnya tujuan yang kan dicapai, jelasnya potensi yang ada dan yang diharapakan, perlu keseimbangan, kesinambungan, koordinasi, keutuhan, data yang tepat dan menyeluruh serta adanya fleksibilitas.[25]

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut; pertama perencanaan pendidikan hendaknya mengutamakan nilai- nilai manusiawi, karena pada dasarnya pendidikan membangun manusia. Kedua perencanaan pendidikan hendaknya memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik seoptimal mungkin. Ketiga perencanaan pendidikan hendaknya memberikan kesempatan yang kepada peserta didik. Keempat, perencanaan pendidikan hendaknya menyeluruh dan sistematis terpadu serta tersusun logis dan rasional. Kelima, perencanaan pendidikan hendaknya bereorientasi kepada pembangunan sumber daya manusia. Keenam, perencanaan pendidikan hendaknya dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis. Ketujuh, perencanaan pendidikan hendaknya menggunakan sumber daya secermat mungkin karena sumber daya yang tersedia langka. Kedelapan, perencanaan pendidikan hendaknya beroreintasi kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang yang kesemua itu untuk menghadapi masa depan. Kesembilan, perencanaan lembaga pendidikan hendaknya responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di tengah masyarakat. Kesepuluh, perencanaan lembaga pendidikan hendaknya sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus menerus.[26]

Dari kutipan tersebut tergambar dengan jelas bahwa perencanaanm lembaga pendidikan Islam sangat rumit. Dengan demikian perencanaan tidak dapat dilakukan tanpa adanya pemikiran yang matang komprehensif dan rasional. Untuk itu perhatian terhadap langkah-langkah perencanaan dan segala yang berkaitan dengan perencanaan penting bagi para manajer.

Paling tidak dalam penyusunan perencanaan hendaknya memenuhi hal tersebut, jika hal tersebut tidak dilalui maka ada kemungkinan renaca yang telah dibuat akan sulit untuk di realisasikan. Dengan demikian untuk menghindarkan dari kegagalan dalam menyusun perencanaan, langkah terbaik adalah menggunakan langkah-langkah yang telah teruji kebenarannya dalam menyusun perencanaan.

D. Ciri-Ciri Perencanaan Lembaga Pendidikan Islam

Ada beberapa ciri-ciri perencanaan lembaga pendidikan Islam adalah sebagai berikut: pertama, perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam mengananlisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain. Kedua perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan, keadaan perekonomian, keperluan penyediaan dan pengembangan tenaga kerja bagi pembangunan nasional serta memperhatikan factor sosial politik merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan yang menyeluruh. Ketiga, tujuan perencanaan pendidikan adalah menyusun kebijaksanaan dan mengggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang. Keempat perencanaan pendidikan sebagai perintis atau pelopor dalam kegiatan pembangunan hendaknya memperhatikan masa depan dan bersifat inovatif, kuantitatif dan kualitatif. Kelima, perencanaan pendidikan selalu memperhatikan dan menganalisa factor ekologi, baik internal maupun eksternal.[27] Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat dipahami dalam kontek pelaksanaannya tidak dapat diukur dan dinilai secara instant dan cepat, tetapi membutuhkan waktu yang lama, terutama yang bersifat kualitatif. Kenapa membutuhkan waktu yang lama? Karena pendidikan adalah sebuah pranata, pranata social yang hasilnya membutuhkan waktu yang lama.

E. Prinsip-Prinsip Perancangan dan Implementasi Perencanaan

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, perencanaan lembaga pendidikan sangat komplek dan rumit, untuk itu perlu mengetahui prinsip-prinsip dalam proses implementasi dan penyusunan rancangannya. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah; pertama, perencanaan adalah interdisipliner, karena pendidikan sesungguhnya interdispliner terutama yang terkait dengan pembangunan manusia. Kedua, perencanaan bersifat fleksibel, dalam arti tidak kaku tetapi bersifat dinamis serta responsive terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan. Ketiga, perencanaan itu obyektif rasional, dalam arti untuk kepentingan umum . keempat, perencanaan dunilai dari apa yang sudah dimiliki. Kelima, perencanaan adalah wahana untuk menghimpun kekuatan kekuatan secara terkoordinir. Keenam, perencanaan disusun sesuai dengan data, perencanaan tanpa adata tidak memiliki kekuatan yang dapat diandalkan. Ketujuh, perencanaan adalah mengendalikan kekuatan sendiri, tidak bersandarkan kepada kekuatan orang lain. Kedelapan, perencanaan bersifat komprehensif dan ilmiah, dalam arti mencakup aspek esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan menggunakan prinsip dan konsep keilmuan.[28] Prinsip prinsip tersebut berguna dalam proses perancangan perencanaan lembaga pendidikan Islam.

F. Jenis –Jenis Perencanaan

Menurut Asnawir ada tujuh jenis-jenis perencanaan,[29]yang kesemua itu dilihat dari sudut pandang berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah;

Dilihat dari segi waktu, dari segi waktu perencanaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama perencanaan jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan jangka panjang ini bersifat umum, dan belum terperinci. Kedua, perencanaan jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara lima sampai sepuluh tahun. Ketiga, perencanaan jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antar satu tahun sampai lima tahun. Dilihat dari segi sifatnya perencanaan dibagi menjadi dua yaitu pertama, perencanaan kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan sasaran dinyatakan dengan angka-angka. Kedua, perencanaan kualitatif adalah perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.

Perencanaan dari segi luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi luas wilayah dapat dibagi menjadi empat, yaitu pertama perencanaan local, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas. Kedua, perencanaan regional adalah perencanaan yang ditetapkan di tingkat propinsi.ketiga, perencanaan nasional, adalah perencanaan di suatau Negara dan dijadikan dasar untuk perencanaan local dan regional. Keempat, perencanaan internasional yaitu perencanaan oleh bebebrapa Negara yang melewati batas-batas suatu negara yang dilaksanakan melalui dari Negara-negara tersebut.

Perencanaan dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu pertama, perencanaan makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas. Kedua perencanaan mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di susun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu. Dari segi prioritas pembuatnya perencanaan dapat dibagi menjadi tiga, pertama perencanaan sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada suatu Negara. Kedua perencanaan desentralisasi yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah. Ketiga perencanaan dekonsentrasi yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan desentralisasi.

Dari segi obyek perencanaan dibagi menjadi dua: pertama perencanaan rutin yaitu perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap tahun. Kedua perencanaan eksendental, yaitu perencanaan yang di susun sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada saat tertentu. Dari segi proses, perencanaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, pertama perencanaan filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa konsep-konsep dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran dalam bentuk program. Kedua, perencanaan programial adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal. Ketiga perencanaan operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.

G. Rencana Startegi Dalam Lembaga Pendidikan Islam

Perencanaan strategi adalah usaha sistematis formal dari suatu perusahaan untuk memperjelas sasaran utama, kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik adalah proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kbijakan, dan program yang perlu untuk mencapai tujua tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategic adalah sebagai berikut: pertama pendekatan dari atas ke bawah, biasanya dibuat oleh prusahaan yang bersifat sentralisasi. Kedua pendekatan dari bawah, yaitu metode rancangan perencanaan darai bawah ke atas. Ketiga pendekatan interkatif adalah pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara terus menrus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para staf pusat dan divisi-divisi. Keempat pendekatan perencanaan secara tim adalah pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada perusahaan kecil dan bersifat sentralisasi. Kelima pendekatan tingkat ganda adalah pendekatan strategi dirumuskan secara independen pada tingkat korporasi dan pada tingkat unit bisnis.

Dalam perencanaan strategic dalam diambil contoh adalah perencanaan strategic di perguruan tinggi agama Islam. Di antara kondisi obyektifnya adalah, pertama profil Pergururn Tinggi Agam Islam,meliputi bidang kelembagaan, bidang ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaaan, sarana dan prasarana pendidikan. Kedua kekuatan yang tersedia, meliputi kelembagaan letak geografis, factor hsitoris ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan danpengabdian masyarakat. Ketiga kelemahan-kelemahan yang masoih dipunyai, meliputi persepsi masyarakat, tradisi akademis dan etos kerja, pendanaan, pengembangan sumber daya manusia,otonomi lembaga, ketenagaan, perpustakaan, penelitian, penerbitan, dan pengabdian masyarakat, sarana dan prasarana. Keempat beberapa peluang yang meliputi kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan, dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, saran dan parsarana. Kelima, tantangan meliputi kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, perpustakaan, penelitian, penerbitan dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, sarana dan prasarana.[30]

Di samping itu perlu diuraikan tahap-tahap strategi seperti arah pengembangan, strategi pengembangan, tahap-tahap pengembangan, selanjutnya bahan-bahan seperti informasi, data yang berkaitan dengan perencanaan masih perlu diuraikan lebih lanjut.

H. Proses dan Tahapan Perencanaan

Untuk lebih menyederhanakan pentahapan perencanaan akan dijelaskan sebagai berikut,[31] pertama need assessment, yaitu kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembanguan pendidikan lembaga Islam yang telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi masyarakat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan, cita-cita yang merupakan dambaan masyarakat. Kajian ini menjadi penting karena membandingkan antara antara yang telah terjadi dengan yang akan terjadi. Kedua Formula of Goals and obyektive, artinya perumusan dan sasaran perencanaan merupakan arah perencanaan serta merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat. Ketiga, Priolicy and priority setting adalah penentuan kebijakan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan sebagai muara need assessment. Keempat Program and project formulasion adalah rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen opressional perencanaan pendidikan. Kelima Feasiblitay testing adalah dengan alokasi sumber-sumber yang tersedia seperti sumber dana. Biaya suatu rencana yang disusun secaralogis dan kurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat kelayakan rencana. Keenam plan implementation adalah pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis kedalam perbuatan penjabaran rencana kedalam perbuatan ilmiah yang menetukan apakah suatu rencana baik dan efektif. Ketujuh, evaluation and revisionfor future plan adalah kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan umpan balik untuk merivisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode rencana berikutnya.

I. Pentingnya Perencanaan

Perencanaan mempunyai posisi yang penting dalam sebuah organisasi, tanpa adanya perencanaan maka jalannya organisi tidak jelas arah dan tujuannya. Oleh Karena itu perencanaan penting karena pertama dengan adanya perencanaan diharapan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. kedua dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Ketiga perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik. Keempat dengan perencanaan dapat dilakukan skala prioritas. Kelima, dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan.[32]

Dengan demikian perencanaan mempunyai peranan penting dalam organisasi publik maupun dalam organisasi yang bersifat pribadi. Dengan adanya perencanaan akan dimungkinkan untuk memprediksi kerja dimasa yang akan datang, bahkan akan mampu memprediksi kemungkinan hasil yang akan dicapai.

J. Penutup

Dengan demikian perencanaan adalah usaha untuk menggali siapa yang bertangungjawab terhadap berbagai aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aktifitas tersebutkan tergambar dalam sebuah perencanaan yang matang dan komprehensif. Yang mempunyai tahapan sederhana sebagai berikut kajian kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, penentuan kebijakan dan prioritas, perumusan program dan proyek kegiatan, pembeiayaan yang rasional dan sesuai dengan sumber alokasi dana yang ada, pelaksanaan rencana, evaluasi dan revisi.

Bibliografi

Al-Quran Terjemah Depag RI

Asnawir, Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press, 2006

B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Cuningham, William G, Systematic Planing for Education Change, first Edition, California: Mayfield Publisihing, 1982

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Irmin, Soejitno, Kepemimpinan Melalui Asmaul Husna, Jakarta: Batavia Press, 2005

Makmun, Abin Syamsuddin, dan Saud, Udin Syaefudin, Perencanaan Pendidikan, Bandung: Rosda Karya:2007

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008