07 October 2011

Tafsir pendidikan Surat al Fatehah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan.
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]
Pendidik yang baik adalah yang selalu mengawali pembelajarannya dengan menyebut nama allah. Tidak itu saja pendidik yang baik adalah yang menularkan dan mengajarkan peserta didik kebiasaan mengawali setipa pekerjaan dengan menyebut nama Allah. Maka sudah sepantasnya dalam diri pendidik ada keinginan untuk berbagai dan memberikan sesuatu kebiasaan yang disukai dan diberkahi oleh Allah dan RasulNya.

29 September 2011

tafsir surat annas 1-6



1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. raja manusia.
3. sembahan manusia.
4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.

 Peserta didik hendaknya diarahkan dan dibiasakan untuk berlindung kepada Allah setiap akan melakukan sesuatu. Hal ini perlu dilakukan karena setipa langkah kita akan selalu diberkahi dan dilindungi oleh Allah ketika seorang hamba selalu meminta dilindungi oleh Allah.  Karena itu pendidik hendakny asejak dini telah membiasakan kepada peserat didik untuk selalu membiasakan membaca taawuz dalam setiap aktifitas.

21 July 2011

Tafsir Pendidikan Surat Al-Humazah ayat 1-9

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (١)الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ (٢)يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (٣)كَلا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ (٤)وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ (٥)نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ (٦)الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الأفْئِدَةِ (٧)إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ (٨)فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ (٩)

1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,

2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,

3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,

4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.

5. dan tahukah kamu apa Huthamah itu?

6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,

7. yang (membakar) sampai ke hati.

8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,

9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa menjadi guru dan peserta hendaknya menjauhi sifat mengumpat dan mencela . Sebab mengumpat dan mencela hanya akan membawa kerugia. Mengumpat dan mencela bukanlah pribadi pendidik yang baik, bukan pendidik panutan. Demikian halnya peserta didik. Peserat didik yang baik hendaknya menjuhi sifat mencela dan mengumpat. Sebab mengumpat hanya akan membuat kita celaka dan sengsara.

Untuk itu, sebagai guru yang hendakya selalu mewanti-wanti peserta didik untuk selalu menjauhi sifat mencela dan suka mengumpat.

Pendidik yang baik hendaknya tidak materialistik. Materialistik dalam arti tidak menjadikan harta benda sebagai tujuan dalam mendidik peserta didik. Jika sifat merialistik ada dalam diri seorang pendidik, maka pendidikan akan hancur, hancur karena pendidikan bukan lagi sebagai tempat menuntut ilmu, akan tetapi menjadi ajang bisnis, yang semua berorientasi kepada harta dan kekayaan. Maka dalam ayat ini jelaslah bahwa tatkala pendidik terejabk kepada sikap suka mengumpat, dan mencela, maka pada akhirnya akan jatuh kepada sikap materialism. Nah, jika pendidik sudah di hinggapi sifat tersebut, maka pendidikan tidak lagi berorientasi, kepada tercapainya tingkaT Keilmuan yang hakiki, akan tetapi hanya akan sampai kepada bagaimana memanfaatkan peserta didik sebgai perahan dan lumbung uang.

Pendidik yang terjebak kepada sikap materialis akan menganggap bahwa uang dan harta adalah segalanya. Harta benda adalah sesuatu yang mengkekalkan., tidak heran jika pendidikan hanya sebagai tempat pengumpul pundi-pundi keuangan, sedangkan peserta didik merasa sekolah sebagai neraka yang membuatnya makin sengsara. Mereka merasa seperti digantung dan dipanggan, sekolah bukan tempat yang nyaman lagi, sekolah sudah seperti lautan api, menyakitkan hati dan pada akhirnya menjadikan anak berada dalam tiang gantungan.