BLOG RIWAYAT ATTUBANI(RIWATT) tentang Pendidikan, Tafsir, Artikel, Puisi, Motivasi, AlQuran dan Hadis

15 August 2021

Agama dan Degradasi Moral

 


Oleh; Riwayat

Apakah agama tidak lagi mampu membentengi laju degradasi moral? Sehingga setiap hari kita dijejali dengan perilaku amoral  di tengah masyarakat?  Keadaan ini mengelisahkan  Syofyan Kudan.Sofyan Kudah dalam tulisannya,” Membentengi Moral Generasi Muda”(Singgalang, 13/02/2012)menyatakan bahwa salah satu cara mengatasi agar masalah generasi muda  tidak merembes ke mana-mana (SD, SLTP, SLTA dan mahasiswa), adalah perlu terapkan pelajaran agama yang sebenarnya kepada mereka.   Mengenai penerapan pelajaran agama, ada yang menarik dari pendapat Duski Samad, bahwa  perkembangan sosial kemasyarakatan di Ranah Minang, seperti budaya dan agama cenderung mengarah ke sisi gelap.(Haluan/26/01/2012). Hal ini mengindikasikan bahwa keinginan untuk menapaki sejarah gemilang adat filosofi ABK SBK masih sebatas utopia, sebatas  bualan yang tidak pernah membumi. Secara filosofi ABS dan SBK baik, akan tetapi tatkala bersentuhan dengan realitas aplikasi, ternyata belum berjalan dengan baik, Sehingga ABS SBK sebatas wacana yang ditinggal merana di ranah realita.

 Jika halnya demikian, maka  wajar laju dan daya gebrak dari ABS SBK menjadi melempem. Bukti dari kemandulan dari ABS SBK adalah makin meningkatnya penyakit sosial  seperti yang disitir oleh Duski Samad tersebut, yaitu tawuran, seks bebas, narkoba, gaya hidup semaunya, bahkan baru-baru ini tertangkap sepasang kekasih, yang sedang mesum di dalam mobil, ironinya ternyata pelaku perempuannya adalah  salah satu mahasiswi perguruan tinggi umum negeri terkenal di kota Padang. Ini adalah fakta dan  realitas dari tidak diaplikasinya dan  berjalannya konsep ABS SBK di Ranah Minangkabau ini.

 Seharusnya berbagai perilaku amoral yang terjadi di Ranah Minang ini menjadi cambukan dan tamparan keras bagi pemuka, ninik mamak dan intelektual Ranah Minang untuk bergerak cepat bagaimana mencari solusi yang tepat agar berbagai degradasi moral dapat dicegah dan ditangulangi. Jika  ABS SBK tidak berjalan dengan baik, tidak membumi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, maka yang terjadi adalah tidak terkendalinya perilaku  masyarakat Minangkabau, seperti kerusakan akhlak, dan degradasi moral. Seharusnya penerapan ABS SBK menjadi prioritas, jika Abs SBk diyakini mampu membawa perubahan yang lebih baik terhadap berbagai degradasi moral yang makin hari makin bertambah intensitasnya. Menerapkan ABS SBK menjadi kian penting takla ABS SBK diyakini masih mempunyai taji untuk diterapkan dan diejawantahkan di ranah kehidupan sosial kemasyarakatan di Rnah Minang ini. Tetapi jika ABS SBk masih sebatas wacana, symposium,seminar dan diskusi-diskusi massif, maka hal itu tidak akan membawa perubahan secara nyata dalam hal perubahan sikap dan perilaku generasi dan masyarakat Minangkabau. Maka dalam hal ini ABS SBK hanya sebuah mimpi yang tak pernah merealitas  di kehidupan keseharian.

 Apakah mimpi-mimpi dan harapan bahwa  ABS SBK masih layak dijadikan filosofi kehidupan di Minangkabau? Kenapa perlu juga kita bertanya sebab, ketika ABS SBK di gembar –gemborkan perubahan sampai saat ini belum juga dapat dinikmati oleh masyarakat Minangkabau, kalaupun dinikmati hal itu hanya sebatas wacana para intelektual di kampus-kampus dan berbagai forum ilmiah.  Kalaupun  ada yang beranggapan bahwa ABS SBK tidak  mangkus, tidak mempunyai daya untuk menahan laju amoralitas, maka anggapan itu barangkali bukan pada tataran filosofinya, akan tetapi dalam hal aplikasi  yang belum terealisasi dengan baik.

Jika ABS SBK terealisasi dengan baik dan nyata dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, maka hal ini perlu dukungan dan kerja keras berbagai pihak, seperti ninik  mamak, bundo kandung, dan alim ulama, pemerintah dan para intelek tual untuk merumuskan kembali  konsep ABS SBk dalam bentuk yang konkrit dan dapat diaplikasikan  secara nyata dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

Patut juga dipertanyakan, apakah  ninik mamak dan intelektual Ranah ini yang belum serius mensosialisasikan konsep ABS SBK ditengah masyarakat, sehingga efek dari Filosofi ABS SBK belum terasa nyata menjadi pendobrak laju amoralitas di Ranah Minang ini? Jika letak permasalahanya pada  tataran aplikasi, maka seharusnya perlu dicari konsep yang nyata, bagaimana penerapan ABS SBK dalam kehidupan masyarakat, apa hukumannya jika tidak melaksanakan, apa denda jika melanggar aturannya, seharusnya ada konsep yang jelas, sosialisasi yang lebih masif. Kalaupu sudah tertata  dan terkonsep dengan baik dan rapi, maka perlu dicarai dimana kelemahan dan kekurangan sehingga ABS SBK tidask bejalan sebagaimana mestinya.

 Akan tetapi, jika letaknya permasalahannya ada di pembinaan keagamaan, maka pembinaan keagamaan perlu dievaluasi kembali. Sehingga pembelajaran, pembinaan keagamaan benar-benar mampu mengendalikan perilaku amoral. Kita patut kembali merujuk ke belakang, lima  belas dan dua puluh tahun ke belakang.  Bagaimana keadaan pendidikan di Ranah Minangkabau ini? Pakah telah berusaha membian perilaku dengan baik,atau malah meminggirkan pendidikan  akhlak, dan cenderung mengutamakan maetrialisme belaka? Sebagaimana  diketahui bahwa Perilaku  masyarakat hari ini adalah  hasil pendidikan  masa lalu.

 Barangkali lima belas tahun atau dua puluh tahun kebelakang pendidikan keagamaan di Ranah Minang belum menjadi bagain penting dan mungkin masih sekedarnya sehingga  pemahaman keagamaan  tidak menjiwai dalam setiap individu masyarakat. Jika anggapan ini benar, bahwa perilaku masyarakat yang cenderung mengalami degradasi moral adalah  akibat pendidikan masa lalu,  maka hal ini hendaknya menjadi pelajaran bersama untuk lebih memperhatikan pendidikan yang mengutamakan pembentukan akhlak mulia.

Kemudian, bagaimana sikap kita tatkala mencermati hal tersebut? Langkah yang perlu dilakukan adalah mengupayakan kembali pembinaan akhlak di rumah sekolah,dan masyarakat. Pembinaan akhlak di berbagai kehidupan akan mampu memberi efek pencucian jiwa yang terlanjur beku oleh perilaku yang tertuju kepada  perusakan ranah moralitas dan akhlak. Pembinaan akhlak di rumah perlu kembali dievaluasi dan dintensifkan, hal ini mengingat pendidikan akhlak di rumah dan perang orang tua sangat penting. Karena anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasranai ataupun Majusi. Hal ini juga telah diingatkan oleh Nabi Muammahd Saw sebagai berikut,” tidaklah seorang anak itu dilahirkan, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasranai ataupun Majusi.”(HR. Bukhari).

 Dari hadis ini dapat dipahami bahwa sebenarnya peran dari orang tua sangat penting dalam membentuk akhlak. Ketika pendidikan, pembentukan kerpibadian diabaikan , maka dapat diprediksi perilaku  anak yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang kuat di keluarganya akan cenderung bersikap amoral, berbuat dan bertingkah laku  menyimpang dari nilai-nilai agama.

 Jika, pembinaan keagamaan di rumah tangga  belum  maksimal, maka mulai saat ini kita hendaknya bersepakat untuk meneguhkan dan memulai kembali pembinaan  keagamaan di rumah tangga secara maksimal dan berkelanjutan. Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap keluarga di Ranah Minangkabau ini, maka dimungkinkan  lambat laun  degradasi moral dapat kita kikis dan kita cegah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai yang lebih baik.  Ketika disetiap keluarga telah mapan dan telah menerapkan pembinaan agama dengan baik, maka diharapkan terjadi perubahan perilaku ditengah masyarakat.

 Dalam upaya peningkatan kembali pembinaan dan pembiasaan perilaku agama di rumah tangga kita perlu mencontoh bagimana Lukman mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal keagamaan. Lukman mendidik rasa agama kepada anaknya dapat dipahami dari firman Allah  sebagai berikut.”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Lukman: 17).

Jika mencontoh bagaimana Lukman menanamkan rasa keagamaan kepada anak-anaknya, maka langkah  perlu dilakukan oleh para orang tua dewasa ini adalah bagaimana menanamkan rasa ketuhanan kepada anak. Jika hal ini telah dilakukan dengan baik oleh para orang tua, maka  degradasi moral dapat dicegah sedini mungkin, bahkan ateisme dapat dicegah.

Azyumardi Azra, yang pernah menyatakan bahwa orang Minangkabau terjebak dalam materialisme, sehingga mereka bangga  menyekolahkan anak-anak mereka di perguruan tinggi umum,dengan harapan akan lebih membawa harapan lebih baik, jika dibandingkan sekolah dan kuliah di sekolah agama dan perguruan tinggi agama. Tidak heran, jika pendidikan yang berabu agam di Ranah Minagkabau mengalami pasang surut, kalau tidak dkatakan  jalan ditempat. 

Atau barangkali, Ranah Minangkabau telah mendapatkan karma dari perilaku tidak adil terhadap pendidikan agama atau pendidikan yang berbau agama, mungkin disatu sisi pendidikan non agama menjadi idola dan menjanjikan di sisi duniawi, akan tetapi di sisi lain, ada hal yang dilupakan, yaitu pendidikan akhlak terabaikan, pembinaan akhlak menjadi terdangkalkan. Maka tidak heran jika hari ini peristiwa  seks bebas, seks di luar nikah, mesum  terus  terjadi di Ranah Minang ini.

 Untuk itu perlu kiranya kita kembali menapaki dan meyakini bahwa pendidikan keagamaan itu penting, pembinaan keagamaan di rumah, sekolah  dan masyarakat juga penting dalam upaya  mencegah  degradasi moral di Ranah Minangkabau. Kita hendaknya menyadari dan merenungi firman Allah sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS. At-Tahrim: 6) hendaknya kita perteguh keimanan, perteguh kembali penjagaan, pemeliharaan  terhadap keluarga dan anak-anak kita agar terbebas dari api neraka, baik neraka dunia maupun neraka akherat. Hal ini tentunya makin menyadarkan kita bahwa agama akan mampu mendobrak degradasi moral di Ranah Minangkabau ini, dan menggantinya dengan akhlak mulia.

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Featured Post

Azyumardi Azra Dibawa ke Rumah Sakit di Malaysia karena Sesak Napas "

  Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra dibawa ke Rumah Sakit Serdang, Selangor, tak lama setelah tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Mala...

Popular Posts

Followers

Back To Top